RIAU ONLINE - Pemerintah Indonesia kembali menarik utang senilai USD 550 juta, atau setara Rp 8,36 triliun (kurs Rp 15.200 per dolar AS) dari China Development Bank (CDB). Kini pemerintah tengah mempersiapkan skema untuk menutup pembengkakan biaya atau cost oveerun proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, menyebut Indonesia dan China telah menyepakati nilai overrun yakni sebesar USD 1,2 miliar.
"Itu porsi (pinjaman/utang) yang kita butuhkan nanti sekitar USD 550 juta. Itu sudah diajukan ke CDB, kita sedang negosiasikan struktur final dan harganya. Seharusnya minggu depan akan punya struktur final dan diteken dalam bentuk ekuitas," jelas pria yang akrab disapa Tiko itu, dikutip dari Liputan6.com, Selasa, 14 Februari 2023.
Toko menjelaskan pembagian porsi untuk pembengkakan biaya oleh Komite Kereta Cepat Jakarta Bandung, yakni 25 persen ditanggung oleh ekuitas alias modal milik perusahaan konsorsium Indonesia China. Sedangkan 75 persen sisanya dari utang.
Porsi 75 persen utang tersebut akan dibagi 60:40. Indonesia punya tanggung jawab utang 60 persen, sedangkan China 40 persen.
"Jadi porsi loan-nya 75 persen dikalikan USD 1,2 miliar, dikalikan 60 persen dengan porsi kita, sekitar USD 550 juta," terang Tiko.
Pembengkakan biaya muncul karena adanya perbedaan hitungan antara Indonesia dan China. Mulanya China berpikir proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung seluruhnya dikuasai pemerintah, namun nyatanya tidak demikian.
Antara lain, perhitungan awal proyek tidak memasukan adanya pajak sewa tanah dan penyewaan sinyal GSM-R. Lalu, ada juga perjanjian jual beli tenaga listrik (PJBTL) dengan PT PLN (Persero).
Kemudian, pembangunan Stasiun Halim yang terintegrasi dengan LRT Jabodebek, hingga ongkos relokasi Stasiun Walini ke Stasiun Padalarang yang belum diperhitungkan.