RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kinerja Bank Riau Kepri selama 2019 jauh dari apa diharapkan jelang konversi dari konvensional ke syariah tahun 2020 ini.
Penelusuran RIAUONLINE.CO.ID, berdasarkan Laporan Keuangan Perusahaan Kuartal III 2019, Per 30 September 2019, dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya, 2018, terjadi penurunan.
Dari website resmi Bank Riau Kepri di bagian Ikhtisar Laporan Keuangan, jika dibandingkan tahun sebelumnya, 2018, laba anjlok dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari website tersebut, tercantum laba sebesar Rp 253,59 miliar. Angka tersebut dibawah pencapaian tahun sebelumnya, September 2018 di angka Rp 269,47 miliar.
Pengamat Ekonomi Universitas Riau, Edyanus Herman Halim mengatakan, diperlukan orang-orang profesionalitas dan fokus sebagai kunci utama membawa BRK lebih baik.
Persaingan bisnis perbankan, katanya, semakin ketat dan membutuhkan energi untuk menjadi penggerak.
"Jangan jadikan Bank itu tempat pensiun. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga," kritiknya.
Tak hanya itu, Return on Asset (ROA) juga anjlok. Artinya laba dibandingkan asset per September 2018 di angka 2,09 persen sedangkan Per September 2019 1,73 persen.
Sementara itu, Return on Equity (ROE) juga anjlok. Artinya laba dibandingkan modal mengalami penurunan. ROE per september 2018 di angka 13,87 persen, turun menjadi 11,87 persen di 2019.
Lalu, bagaimana dengan BOPO atau Biaya Operasional Dibandingkan Pendapatan Operasional? Ternyata selama 2019 terjadi pemborosan di Bank Riau Kepri. Dari data BOPO per September 2018, tercatat 78,56 persen, sedangkan Per September 2019 naik menjadi 81,62 persen.
Penelusuran RIAUONLINE.CO.ID, pemborosan ini disebabkan kenaikan biaya tenaga kerja. Untuk Per September 2018 di angka Rp 345,9 miliar, naik menjadi Rp 358,2 miliar per September 2019.
Lalu, juga ada kenaikan biaya beban lainnya. Per September 2018 di angka Rp 255,9 miliar, naik menjadi Rp 270 miliar per September 2019.