BPS Tak Mengkaji Dampak Asap Terhadap Perekonomian Riau

Pasar-Senapelan-Pekanbaru.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ULTI DESI ARNI)

 

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Badan Pusat Statistik Provinsi Riau tidak melakukan kajian khusus dampak asap terhadap perekonomian daerah Riau. Alasannya karena peristiwa ini sifatnya tidak perpanen.

 

Demikian dikatakan Kepala BPS Provinsi Riau Mawardi Arsyad dalam ekspos rutin bulanan di kantor BPS Provinsi Riau, Kamis (1/10/2015). "Dampaknya yang pasti ada dan cukup besar, tetapi data pastinya kita tidak punya. Kita hanya melihat dari pola tingkah laku di masyarakat pada jual beli saja. Dan yang paling berdampak mungkin pada sektor pariwisatanya," kata Mawardi.

 

Diungkapkannya, Kota Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan pada bulan September lalu mengalami Deflasi sebesar 0,38 persen. Sedangkan untuk inflasi naik sebesar 1,38 persen.

 



Deflasi Riau pada bulan September lalu, disebabkan oleh penurunan indeks harga konsumen pada kelompok pengeluaran bahan makanan. Komoditas utamanya adalah cabai merah, daging ayam, bawang merah, ayam hidup, minyak goreng, kangkung, bayam, kentang, ketimun, cabai hijau, daging sapi, pepaya, ikan asin, ikan teri dan petai.

 

"Sedangkan untuk inflasi ada 6 kelompok yaitu kelompok sandang sebesar 0,63 persen dengan andil inflasi sebesar 0,04 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,48 persen dengan andil 0,10 persen. Kelompok Pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,41 persen dengan andil 0,03 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,21 persen dengan andil 0,01 persen," urai Mawardi.

 

"Dan terakhir adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan masing-masing sebesar 0,15 persen dengan andil 0,03 persen," tambah Mawardi.

 

Mawardi menyebut dari 23 kota yang melakukan penghitungan Indeks Harga Konsumen, 17 kota mrngalami deflasi. Adapun deflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,85 persen, diikuti oleh Jambi sebesar 1,26 persen dan Padang Sidempuan sebesar 0,82 persen.

 

"Tingkat deflasi terendah terjadi Meulaboh sebesar 0,02 persen. Dan untuk inflasi tertinggi ada di Kota Tanjung Pandan sebesar 1,20 persen. Kemudian untuk Kota Pekanbaru sendiri tingkat deflasinya berada diurutan ke sebelas untuk nasional," tandas Mawardi.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline