Laporan: Azhar Saputra
RIAU ONLINE, JAMBI - Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead mengatakan persiapan untuk merestorasi gambut di 2016 ini harus maksimal mengingat di tahun mendatang kemarau panjang di prediksi bakal terjadi.
Untuk itu, Nazir mengimbau kepada peserta yang termasuk di dalam prioritas BRG dalam merestorasi yakni Provinsi Papua, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan Riau, Jambi dan beberapa peserta lainnya selain provinsi yang menjadi prioritas di Indonesia agar tetap waspada.
"Masyarakat yang tinggal di sekitaran lahan gambut untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi musim kemarau panjang yang diprediksi akan terjadi pada 2017. Hal itu perlu dilakukan untuk terus menekan terjadinya kebakaran di lahan gambut yang mengakibatkan bencana kabut asap dan juga kerusakan pada lahan gambut," ucapnya di Jambi, Sabtu, 5 November 2016.
Baca Juga: Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi Harap JMG Jambi Jadi Contoh Antar Desa
Menurutnya, potensi kerawanan terbakar itu tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua dengan luasan 15-20 juta hektare. Dengan luasan seperti itu restorasi lahan bergambut memang harus dilakukan agar lahan tidak mudah terbakar dan tetap terjaga.
"Selain itu program merestorasi ini terbukti mampu mendongkrak perekonomian sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga harus ditindak lanjuti oleh para pihak," katanya.
Untuk itulah Nazir mengingatkan keberadaan lahan gambut harus terus dijaga dari berbagai macam kerusakan. "Karena lahan gambut dapat menjaga kestabilan iklim dunia khususnya guna mencegah pemanasan global. Setiap lapisan gambut, dari permukaan terluar hingga dalam dapat menyerap karbon," imbuhnya.
Klik Juga: Wow, Jambore Masyarakat Gambut Akan Jadi Acara Tahunan BRG
Agar bencana itu tidak terjadi Nazir mengingatkan bahwa peserta yang sudah berada di lokasi agar mampu dan dapat memanfaatkan kegiatan Jambore Masyarakat Gambut (JMG) dengan baik.
"Forum seperti ini saya harapkan dimanfaatkan sebaik-baiknya, jangan sampai hanya menjadi upacara seremonial saja. Masyarakat menggali informasi sebanyak-banyaknya, serta pihak lain mendengarkan pengalaman masyarakat mengelola gambut dengan baik," tutupnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline