Inilah Kendala yang Dihadapi untuk Memutus Mata Rantai Migran

Laporan: Azhar Saputra

 

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Eni lestari, Pimpinan International Migrant's Aliance (IMA), yang merupakan Aliansi buruh migran yang berpusat di Hongkong mengatakan untuk memutus mata rantai buruh migran di dunia banyak kendala oleh negara asal migran.



Hal itu dirasakannya saat dia harus memperjuangkan hidupnya beserta temannya di negeri orang sejak 1999 yang telah merampas hak-hak, sekolah, bahkan hingga di eksploitasi.

 

"Sebenarnya negara-negara asal itu begitu berharap banyak dari kami yang notabennya adalah buruh migran ini. Bahkan sampai dijadikan lapangan pekerjaan bagi mereka," ucapnya di Green Radio, Jumat, 30 September 2016.

 



Eni membeberkan alasan negara penghasil migran begitu antusias. "Pertama itu mampu mengurangi pengangguran dari 10 juta buruh migran, memberi makan 50 juta orang. Artinya disini ada kepentingan negara. Jelas-jelas disini dua masalah kemiskinan teratasi sekaligus," katanya.

Baca Juga: Eni Lestari: Perbaikan Sistem Agraria Putuskan Mata Rantai Buruh Migran Indonesia

 

Kemudian, dari hasil gaji mereka yang dikirim ke negara asal akan menjadi devisa bagi negara tersebut. "Uang yang kami kirim ke keluarga kami itu menjadi devisa bagi negara. Itu termasuk biaya-biaya yang sudah kami tanggung, pemasukan diluar pajak yang pastinya," katanya.

 

Menurutnya, transaksi tertinggi dari dunia migran itu terletak di sektor perbankkan. "Bayangkan kami kirim uang melalui bank dan berapa keuntungan mereka yang didapat dari kami. Kalau satu bulan saja tidak kami kirim seperti apa mereka itu," katanya.

 

"Ada lagi yaitu uang yang kami kirim pastinya diputar lagi oleh keluarga kami dan itu tentunya untuk roda ekonomi mereka," tutupnya.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline