RIAU ONLINE, CALIFORNIA - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dengan wajah muram berbicara dari Oval Office di Gedung Putih. Obama menyampaikan belasungkawa kepada anggota keluarga dan menyarankan kepada rakyat Amerika pascapenembakan 2 Desember 2015 lalu yang menewaskan 14 orang di pusat pelayanan sosial di California.
"Kita akan harus melihat diri sebagai masyarakat, untuk memastikan kita mampu mengambil langkah-langkah dasar yang akan membuat seseorang, bukan tidak mungkin, tetapi lebih sulit, mendapat senjata," ujar Obama, Kamis (3/12/2015) waktu setempat.
Itu setidaknya ke-14 kali Obama harus berpidato kepada rakyat yang terguncang akibat penembakan massal. (Baca Juga: Lagi, 14 Warga Tewas Diberondong Peluru di Amerika)
"Akan menjadi penting bagi kita semua, termasuk anggota Kongres, mencaritahu apa yang bisa dilakukan guna memastikan, kalau seseorang memutuskan hendak membahayakan orang, kita membuatnya lebih sulit. Sekarang ini terlalu mudah mendapat senjata," kata Obama dikutip dari voaindonesia.com.
Paling sedikit, 14 orang tewas dan 17 lainnya cedera pada Rabu ketika tiga orang bersenjata menyerang sebuah pusat pelatihan orang cacad di San Bernardino, California dan mulai menembak.
Beberapa jam kemudian polisi menembak dan menewaskan tersangka di sebuah daerah dekat Redlands, California. Ketika itu, petugas menemukan satu unit mobil SUV dipakai orang bersenjata itu untuk melarikan diri. Satu petugas cedera dalam baku tembak, tetapi diperkirakan akan pulih.
Kepala polisi San Bernardino, Jarrod Burguan mengatakan kedua tersangka yang tewas adalah seorang laki-laki dan perempuan yang mengenakan pakaian penyerang dan dipersenjatai dengan senapan dan pistol. (Klik Juga: Media Australia Enggan Akui Tentara Indonesia Hebat)
Tidak ada informasi siapa mereka dan bagaimana hubungan mereka satu sama lain. Tersangka ketiga ditangkap ketika berusaha melarikan diri dari lokasi baku tembak dekat SUV itu. Burguan mengatakan, tidak jelas apakah dia salah satu buronan bersenjata atau seseorang yang berusaha mencari tempat yang aman.
Burguan menggambarkan penembakan ini sebagai kasus “terorisme domestik,” tetapi mengatakan, dia tidak tahu apa motifnya. Katanya, kemungkinan adanya pertikaian di tempat pekerjaan sedang ditelusuri. Burguan tidak mengatakan apakah penembak yang tewas atau yang cedera itu bekerja di pusat pelatihan itu atau adalah klien pusat itu.
Seorang pejabat FBI di lokasi mengatakan, dia tidak bersedia mengatakan, apakah serangan ini terkait dengan terorisme internasional. Katanya, penyelidikan menemukan apa yang disebutnya petunjuk potensial yang bisa mengarah kesana, tetapi penguasa akan mengikuti jejak bukti kemana saja. (Lihat Juga: IMF dan Amerika Serikat Dibalik Jatuhnya Soeharto)
San Bernardino sekitar satu jam timur dari LA. Sarana ini, the Inland Regional Center, didirikan lebih dari 40 tahun lalu untuk membantu orang-orang yang cacad.
Dalam komentarnya kepada televisi CBS, Presiden Barak Obama mengatakan, Amerika memiliki pola penembakan masal yang tidak ada tandingannya di negara lain.
Katanya, ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk membuat warga Amerika lebih aman, dan ditambahkannya, pada setiap tingkatan pemerintahan pejabat harus bekerja sama dalam semangat bipartisan guna mengusahakan insiden penembakan seperti itu lebih jarang terjadi.
Dua kandidat presiden Amerika bereaksi di Twitter. Hillary Clinton mengatakan, dia menolak ini “sebagai sesuatu yang normal. Kita harus mengambil langkah guna menghentikan kekerasan dengan senjata sekarang juga.”
Kandidat Republik Donald Trump mengatakan, penembakan ini “kelihatan buruk sekali.” Dia berharap para petugas di lokasi berhasil menguasai keadaan, dan ini merupakan saat-saat di mana kita merasa polisi demikian “berharganya.” (Baca: Pesawat Malaysia Resek dan Usik Indonesia di Ambalat)
Penembakan ini terjadi kurang dari seminggu setelah seorang bersenjata menewaskan tiga orang dan melukai 9 lainnya dalam insiden penembakan di klinik Planned Parenthood di Kolorado Springs.
Pada Oktober, seorang bersenjata menewaskan sembilan orang di sebuah universitas di Oregon, dan pada Juni, seorang bersenjata kulit putih menewaskan sembilan umat gereja berkulit hitam di South Carolina.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline