Sudah Tidak Familiar, Sejumlah Permainan Tradisional Melayu Ini Mulai Ditinggalkan

Permainan-Tradisional-Gasing.jpg
(Istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Budaya Melayu mewariskan banyak permainan tradisional secara turun temurun. Sejak dahulu, permainan tradisional ini dikenal luas oleh masyarakat, dan dimainkan baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Sayangnya, Ketua DPH LAMR Riau Kecamatan Bukit Raya Datuk, Ir. H. Syed A Zainal Alkhiered mengatakan, di tengah perkembangan zaman dan teknologi, sejumlah permainan tradisional Melayu mulai ditinggalkan.  

Hal ini membuat, banyak anak-anak generasi penerus yang tidak lagi familiar pada sejumlah permainan tradisional Melayu. Diantaranya seperti permainan Gasing.

"Dahulu permainan tradisional adalah hiburan bagi masyarakat pada hari-hari besar seperti HUT Indonesia. Tetapi, mungkin saat ini sudah tidak dikenal lagi oleh anak-anak dan jarang menjadi hiburan lagi bagi masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, dikutip dari berbagai sumber, berikut ini merupakan sejumlah permainan tradisional Melayu yang mulai lekang oleh waktu:

1. Gasing

Gasing merupakan salah satu permainan tradisional Melayu yang beberapa tahun lalu sempat mendapatkan popularitas seperti Lato-lato. Dimana permainan ini bahkan diperlombakan dan dimainkan oleh kalangan anak-anak maupun dewasa.

Gasing tradisional dibentuk dari kayu dengan pola lingkaran atau segitiga dan poros di bagian tengah di atas dan bawahnya atau meruncing dibagian bawahnya. Cara memainkan Gasing adalah dengan melilitkan benang nilon kebagian badan gasing. 

Kemudian ujung lilitan dieratkan ke salah satu jari. Gasing kemudian dilempar sambil menarik lilitan benang dengan kencang, sehingga gasing akan berputar kencang di atas dasar tanah yang rata.

2. Adu Buah Para

Adu buah para merupakan permainan yang melibatkan buah karet sebagai alat utamanya. Istilah “buah para” merujuk pada buah karet sehingga esensi permainan ini adalah mengadu buah karet.



Permainan dimulai dengan bersuit atau undian. Pemenang undian akan menjadi pemain pertama yang melangkah. Sementara, yang kalah harus meletakkan biji karet miliknya dalam bagian bawah dari pemenang undian.

Kemudian, biji karet yang tersusun dalam dua tingkat yang akan pemain pukul menggunakan ujung tangan bagian bawah. Jika tidak ada biji yang pecah setelah pukulan, maka bergantian para pemain sesuai urutan undian.

3. Congklak

Permainan congklak merupakan permainan tradisional Melayu yang bisa dimainkan dengan dua orang. 

Permainan ini dahulu sangat terkenal di seluruh Indonesia. Permainan ini menggunakan kayu atau batang sintetis dengan dua baris lubang kecil yang totalnya 12 sampai 14 lubang. Kemudian ada dua lubang yang agak besar di ujung kiri dan kanan barisan lubang kecil. 

Cara bermainnya, adalah mengisi barisan lubang kecil dengan 5 atau lebih biji (kerikil kecil, biji-bijian, dan sebagainya). Dua lubang besar dibiarkan tetap kosong dan dua pemain masing-masing menentukan lubang besar uang menjadi miliknya.

Kemudian, pemenang undian bisa memulai permainan dengan mengambil biji di salah satu lubang dan membagikannya ke setiap lubang kecil sampai habis. Pembagian biji terus dilanjutkan sampai biji jatuh dilubang yang kosong.

Pemenang permainan ditentukan setelah semua lubang kecil kosong. Dimana pemilik lubang besar dengan jumlah biji paling banyak adalah pemenangnya.

4.  Boi-Boian

Boi Boian atau Boi Boian adalah permainan tradisional yang dimainkan oleh lima hingga sepuluh pemain. Cara bermainnya melibatkan penyusunan lempengan batu, pecahan genting, atau porselen yang berukuran relatif kecil.

Dalam permainan ini, salah satu pemain bertugas sebagai penjaga lempengan. Sementara, pemain lainnya bergantian melempar bola ke tumpukan lempengan tersebut hingga semuanya roboh.

Setelah roboh, penjaga harus segera mengambil bola dan melemparkannya kepada pemain lain yang sebelumnya melemparkan bola.

5. Patok Lele 

Permainan ini dimainkan oleh 2 kelompok yang anggotanya berjumlah sama. Dalam permainan ini, pemain menggunakan 2 potong kayu yang masing-masing berdiameter 3 cm yaitu sebuah kayu yang panjangnya 30 cm sebagai pemukul/induk sedangkan sebuah kayu lain yang panjangnya 15 cm sebagai anak patok lele.

Anak patok lele diletakkan melintang pada lubang kemudian diangkat dan dilemparkan atau didorong ke arah pemain lawan yang menjaga di depan. Jika dapat ditangkap oleh lawan, maka permainan digantikan oleh lawan.

Jika tidak tertangkap, maka induk patok lele diletakkan pada lubang kemudian anak patok lele yang tidak tertangkap oleh lawan akan dilemparkan pada induk yang ada pada lubang. Kalau kena, maka permainan diganti oleh lawan, jika tidak maka si pemain akan melanjutkan permainannya.

Anak patok lele diletakkan pada satu lubang dan separuh kayu ada di dalam dan separuh lagi ada di permukaan tanah dengan posisi membentuk 45 derajat. Ujung kayu yang ada di permukaan tanah dipukul hingga melenting ke atas kemudian dipukul beberapa kali sesuai kemampuan kemudian dipukul secara horizontal ke depan maka pihak lawan akan menjaga agar anak patok lele dapat ditangkap.

Jika tertangkap, maka pihak lawan akan menjaga agar anak patok lele dapat ditangkap. Jika tertangkap, maka pihak lawan akan mendapatkan nilai.

Jika tidak, maka akan diukur dari pinggir lubang ke tempat jatuhnya anak patok lele. jumlahnya merupakan poin bagi si pemain.

Jika si pemain dapat melakukan pukulan lebih dari satu kali sebelum ke depan, maka akan diukur dengan anak patok lele dikalikan dengan jumlah pukulan. Sebelum permainan dimulai, kedua kelompok akan menentukan berapa nilai yang harus diraih bagi pemenangnya. Biasanya yang kalah akan menggendong yang menang dengan jarak yang ditentukan.