Kalah Saing dengan TMP dan Ojol, Opelet di Pekanbaru Perlahan Hilang

Opelet-di-pekanbaru.jpg
(NOVRIKA/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Angkutan Kota (Angkot) merupakan transportasi yang kerap digunakan untuk bepergian jarak dekat. Di Pekanbaru, jenis angkutan kota, opelet dan bus Trans Metro Pekanbaru (TMP) yang  diluncurkan pada 18 Juni 2009.

Sebelum hadirnya bus TMP, masyarakat kerap menggunakan opelet sebagai alat transportasi, namun hadirnya bus TMP peminat opelet menurun dan berpaling kepada bus TMP. Hal ini berdampak pada pendapatan sopir opelet yang menurun.

Sopir opelet, Irwan, mengeluhkan kondisi ini, karena hadirnya bus TMP sangat berpengaruh terhadap pendapatannya setiap hari.

"Sebelum ada bus TMP ini, orang-orang banyak yang naik opelet, dulu penghasilan per hari saya lumayan lah Rp 500 ribu lebih kadang, sekarang dapat Rp100 ribu aja udah syukur Alhamdulillah," ujarnya, Selasa 24 Oktober 2023.

"Dulu karena sewa banyak, jam 5 subuh saya sudah mulai jalan sampai jam 11.00 WIB siang, setelah itu jam 13.00 WIB siang lanjut lagi. Sekarang saya jam 06.30 WIB baru mulai jalan, itupun jam 10.00 WIB udah nggak ada lagi sewa, jam 4 sore baru gerak lagi, karena kan orang pulang kerja jam segitu," lanjutnya.

Irwan mengaku sudah bekerja sebagai sopir opelet sejak 1998. Pada 1998 hingga 2005 opelet yang digunakannya di bawah naungan organisasi, sehingga memiliki izin untuk beraktivitas, namun pada 2006 hingga saat ini opelet yang digunakan sudah milik sendiri dan tidak memiliki izin melintas.

"Saya jadi sopir opelet mulai tahun 1998, dulunya kami punya organisasi gitu, kata kasarnya punya bos, jadi izin lintas kami aman, mobil kami dirawat, tapi tahun 2006 kami sudah sendiri sendiri, karena bos kami bilang di sini sudah sulit untuk berkembang," jelasnya.

Lebih lanjut Irwan mengatakan, sebelum adanya bus TMP jumlah opelet  di Pekanbaru, khususnya Panam sangat banyak, berbeda dengan sekarang. Sebab itu, opelet sudah sangat jarang dijumpai saat ini.


"Dulu kalau untuk rute Panam - Nangka, seperti saya, ada 600 lebih opelet, kalau sekarang cuma 80 mobil aja lagi, tapi yang beroperasi cuma 20 itu pun jarang bergerak semua, yang aktif paling cuma 5-7 mobil aja," jelasnya.

Menurutnya, akhir-akhir ini peminat bus TMP juga sudah semakin menurun, disebabkan banyaknya masyarakat yang masih gagap teknologi. Pasalnya, pada Juli lalu bus TMP menerapkan pembayaran non tunai.

"Untuk sekarang sewa sudah bertambahlah sedikit, tapi ya sama saja tidak sebanyak yang dulu, karena orang yang lansia kan nggak paham teknologi, sementara TMP bayarnya pakai kartu brizzi atau aplikasi di hp, jadi yang sudah tua itu kadang naik opelet lagi," kata Irwan.

Penurunan pendapatan yang dialami Irwan bukan karena banyak penumpang yang beralih ke TMP, namun juga ojek online (ojol). Irwan mengaku pengaruh ojol pada pendapatannya yang menurun lebih besar, dibandingkan bus TMP.

"Sebenarnya pengaruh dari ojol ini lebih besar, karena masyarakat sekarang mau yang simple dan lebih cepat, kan kalau ojol tinggal pesan dari Hp langsung sampai di tujuan, beda kalau naik opelet harus nunggu lagi itu pun kadang nggak bisa sampai di tujuan, kalau masuk ke dalam gang kecil kan opelet nggak bisa, kalau Maxim atau Grab bisa," jelasnya.

Irwan menyebut sopir opelet di Pekanbaru sudah pernah mengajukan keluhannya ke pemerintah, karena hadirnya bus TMP dan ojol. Sejumlah sopir pernah berunjuk rasa mengeluhkan hal ini, namun tidak ada tanggapan dari pemerintah.

"Kami juga sudah pernah demo, tapi nggak ada tanggapan dari pemerintah, cuma Polda pernah mengumpulkan kami untuk membahas izin lintas kami. Kata Polda kami diizinkan melintas, tapi kalau terjadi sesuatu di jalan Polda nggak campur tangan, itu sepenuhnya tanggung jawab kami," pungkasnya.

Artikel ini ditulis Novriska, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di RIAU ONLINE