Tiga Kali Gagal Jadi ASN dan Menyerah, Pratiwi: Tak Berarti Kalah

Pratiwi.jpg
(Riau Online/Novrika Sona Rohana)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan impian setiap orang. Pekerjaan yang mengabdi kepada negara ini prosesnya tidaklah mudah, setiap prosesnya penuh dengan tantangan dan perjuangan.

Pratiwi (26), merupakan seorang guru kimia yang lahir di Kabupaten Rokan Hulu, namun saat ini berdomisili sebagai warga Kabupaten Kampar, Desa Kota Garo dan hidup merantau di Kota Pekanbaru.

Pratiwi menempuh pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) pada tahun 2003 dan lulus tahun 2009, dilanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri pada tahun 2009 dan lulus tahun 2012, setelah lulus ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Nomensen Siantar pada tahun 2012 dan lulus tahun 2015.

Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi lagi. Awalnya Pratiwi mendaftarkan diri sebagai mahasiswi di Universitas Nomensen Siantar pada tahun 2015, sempat satu tahun lamanya ia menjadi mahasiswi di kampus swasta tersebut, namun karena besarnya biaya yang dikeluarkan tiap semester, Pratiwi memutuskan untuk mendaftar kembali sebagai mahasiswi baru di Universitas Riau pada tahun 2016 dan lulus pada tahun 2020.

Selama menempuh pendidikan, Pratiwi bermimpi ingin menjadi seorang guru yang mengabdi kepada negara, yaitu sebagai guru PNS.

Setelah lulus menjadi mahasiswa pada tahun 2020, Pratiwi mencoba melamar sebagai guru SMA disalah satu sekolah negeri di Kota Pekanbaru, namun sangat disayangkan ia gagal dan tidak diterima di sekolah tersebut.

Menurutnya, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, ia mencoba kembali melamar ke sekolah swasta yang ada di Pekanbaru dan akhirnya diterima bergabung sebagai guru IPA sekaligus sebagai Tata Usaha di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Namun, tahun 2020 pemerintah tidak membuka program PPPK, karena pada masa itu dilanda wabah virus covid-19.

Menjadi guru di sekolah swasta sangat sulit mendaftar sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), untuk mengikuti program PPPK harus mendapatkan izin dari yayasan yang memimpin sekolah tersebut.

Pada tahun 2021, secara diam-diam Pratiwi mencoba mendaftar sebagai peserta Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), hal itu ia lakukan penuh dengan kewaspadaan, ia khawatir tindakannya diketahui oleh pimpinan yayasan, karena sekolah tempat ia mengajar tidak dibenarkan guru mendaftar sebagai ASN.



Setelah berhasil mendaftar PPPK tanpa diketahui pimpinan yayasan, sayangnya hasil seleksi administrasi Pratiwi gagal, akhirnya ia memutuskan untuk resaign dari yayasan tersebut, dengan alasan upah yang diterima tidak sebanding dengan apa yang ia dikerjakan.

Menurutnya, resaign dari sekolah itu bukan akhir dari karirnya, ia mendapatkan panggilan sebagai guru kimia di SMA Pekanbaru, namun sayangnya sekolah tempat ia akan mengajar itu adalah sekolah swasta yang dipimpin oleh yayasan lagi.

Walaupun sekolah tersebut swasta, namun upahnya jauh lebih tinggi dibandingkan sekolah sebelumnya, jadi, Pratiwi memutuskan untuk bergabung di SMA swasta tersebut pada tahun 2022.

Pada tahun 2022, Pratiwi kembali mengikuti program PPPK, namun akhirnya usahanya gagal lagi. Gagal untuk yang kedua kalinya sempat membuat Pratiwi putus asa, namun ia mengingat kembali tujuannya menjadi seorang guru merupakan langkah awal menjadi ASN/PNS.

Pada tahun 2023, Pratiwi mencoba kembali mendaftarkan diri sebagai peserta PPPK, namun sayangnya formasi yang ia pilih sudah penuh, yakni formasi guru. Keadaan itu membuatnya bingung harus bagaimana, akhirnya ia memutuskan untuk mendaftar di formasi teknis.

Setelah hasil seleksi administrasi PPPK keluar, Pratiwi dinyatakan tidak lulus seleksi, dengan alasan tidak memenuhi syarat administrasi dan linear dengan formasi.

Setelah tiga (3) kali mendaftar PPPK dan dinyatakan tidak lulus, Pratiwi memutuskan untuk tidak akan melanjutkan pendaftaran di tahun selanjutnya. Menurutnya, langkah menuju kesuksesan tidak hanya sebagai ASN.

Pratiwi mengungkapkan, kesuksesan itu bukanlah tentang dimana kamu bekerja dan sebagai apa kamu bekerja, melainkan kesuksesan itu adalah sudah sejauh mana kamu berjuang.

Menyerah bukan berarti kalah, menurutnya kegagalan yang dialaminya adalah batu loncatan menuju kesuksesan yang lain.

Artikel ini ditulis Novrika Sona Rohana peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di RIAU ONLINE