Sejarah dan Eksistensi Rumah Tenun Kampung Bandar

Rumah-Tenun-Kampung-Bandar.jpg
(smarttourism.pekanbaru.go.id)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Rumah Tenun merupakan tempat produksi kain tenun Melayu khas Riau yang berdiri kokoh di Jalan Perdagangan, Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru. Nilma Yenti, seorang perajin tenun di rumah yang berdiri di tepi sungai Siak itu menjelaskan, Rumah Tenun berdiri sejak tahun 1887. Pemiliknya bernama H. Yahya kala itu berprofesi sebagai seorang pengusaha karet ternama.

Rumah Tenun ini menjadi saksi perjuangan Indonesia dalam merintis kemerdekaan. Pernah dijadikan gudang logistik dan dapur umum di masa awal perang kemerdekaan Indonesia. Kemudian, pasca kemerdekaan sekitar tahun 1958, rumah tenun digunakan sebagai tempat tinggal Tentara Nasional Indonesia Pusat di era penumpasan pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Bagian Tengah khususnya di Provinsi Riau.

Yenti menjelaskan, Rumah Tenun mendapatkan bantuan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di tahun 2012 selama 2 bulan berupa bahan-bahan, peralatan, uang, dan pelatihan membuat kain tenun untuk masyarakat Kampung Bandar.

"Awal dilaksanakannya pelatihan, ada sekitar 20 ibu-ibu yang bergabung. Namun seiring berjalannya waktu hanya tinggal beberapa saja," ucapnya, pada Sabtu, 8 Juli 2023.

Dirinya mengatakan, para perajin di Rumah Tenun mengikuti pelatihan selama dua bulan dan butuh waktu lebih kurang satu tahun untuk mahir. Saat ini terdapat 15 orang perajin di rumah tenun.

Kain tenun dibuat menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang dioperasikan secara manual. Untuk satu kain, perajin tenun bisa menyelesaikan lebih kurang dalam 10 hari dan paling cepat seminggu. 



"Buat menjadi penenun disini tidak ada ketentuan khusus. Siapa yang mau saja," katanya.

Selain PNPM Mandiri, Rumah Tenun juga pernah mendapatkan bantuan dari Bank Indonesia pada tahun 2014 untuk merenovasi rumah yang sudah berdiri selama 136 tahun itu.

"Di tahun 2014 pernah dapat binaan dari Bank Indonesia buat renovasi, tahun selanjutnya buat perawatan bangunan ya uangnya dari kami sendiri," ujar wanita yang akrab dipanggil Yen itu.

Selain melihat proses membuat kain tenun, pengunjung juga bisa langsung membeli kain tenun di sana. Harga setiap kain tenun pun beragam tergantung ukuran dan banyaknya kain. Rata-rata kain tenun memiliki ukuran panjang 2 meter dan lebar 115 sentimeter.

Yen mengatakan, Rumah Tenun tetap berproduksi setiap hari walaupun tidak ada pesanan sekalipun. Satu kain bisa didapatkan mulai dari Rp 600.000. Beragam inovasi produk yang dihasilkan Rumah Tenun ini seperti gantungan kunci, syal, sarung, tanjak, peci, kain songket, hingga tas. 

Ada banyak motif tenun khas Riau di Rumah Tenun ini, seperti Bunga Kundur, Siku Awan, Siku Keluang, Pucuk Rebung, Siku Tunggal, Daun Tunggal Mata Panah Tabir Bintang, Wajik Sempurna dan Tampuk Manggis.

Menurut Yen, motivasinya masih mempertahankan budaya khas Bumi Lancang Kuning ini adalah banyaknya pengakuan dan penghargaan yang didapatkan oleh Rumah Tenun selama ini

Rumah Tenun pernah mendapatkan piagam Perajin Tenun dan Pelaminan Adat Melayu tahun 2014, penghargaan tokoh Perempuan Riau dari Gubernur Riau, penghargaan Pelestari dan Perajin Tenun Songket Melayu Riau dari Wali Kota Pekanbaru, Herman Abdullah.