Dengan mengenakan setelah kaos pendek berkerah dan celana bahan, pria yang disapa Atuk Annas itu dengan lugas bercerita kepada mantan Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau, Yan Prana, dalam program Bual YP RIAU ONLINE.
(RIAUONLINE.CO.ID)
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Annas Maamun, mantan Gubernur Riau, yang kini menginjak usia 86 tahun berkisah tentang lika-liku perjalanan hidupnya.
Perjuangannya menjadi salah satu sosok berpengaruh di Provinsi Riau, terutama Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) dimulai saat ia menjadi seorang guru.
Dengan mengenakan setelah kaos pendek berkerah dan celana bahan, pria yang disapa Atuk Annas itu dengan lugas bercerita kepada mantan Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau, Yan Prana, dalam program Bual YP RIAU ONLINE.
Sambil menyeka kopinya, Atuk Annas yang sesekali tertawa berkisah ketika itu ia memulai karirnya sebagai guru PNS di Pekanbaru pada 1 Oktober 1960 di SMPN 2 Pekanbaru. Di sana ia bertahan selama setahun.
Profesinya sebagai tenaga pengajar berlanjut di Bagansiapiapi, ibukota Kabupaten Rokan Hilir (Rohil). Ia menjadi pendidik di SMPN Bagan. Atuk Annas bahkan mendedikasikan hidupnya sebagai pengajar selama 18 tahun.
"Saya mengajar aljabar mengukur. Dari kelas 1 sampai kelas 3," katanya.
Atuk Annas bercerita, dahulu dengan sekarang sudah banyak perubahan di bidang pendidikan. Contohnya, kata dia, peserta didik tidak paham di pagi hari, bisa diajarkan siang atau sore harinya.
"Dibimbing betul sampai bisa. Tak dapat juga besok malamnya lagi. Padahal dulu tak ada listrik, pakai strongkeng (petromak red)," kenangnya.
Kisahnya berlanjut sampai akhirnya ia bertemu Bakir Ali, mantan Bupati Indragiri Hulu (Inhu), dan mantan Ketua DPRD Riau itu.
Pertemuan lainnya dengan Nur Rahman dengan Saleh Rahman yang merupakan Pakcik istrinya menyarankan untuk tidak menjadi guru, namun pindah ke Departemen Dalam Negeri (Depdagri) tahun 1978.
Penempatan Atuk Annas usai pindah ke Depdagri di Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) sebagai Kasi di Kantor Camat
Sejak saat itulah, ia bergabung dengan departemen dalam negeri pada 1976. Ia pun langsung ditempatkan di bagian Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) di Kantor Camat Bangko.
"Kata orang tuh, bangun sajo kampung tak usah jadi guru. Satu bulan di Pekanbaru langsung dipindah ke Bagan sebagai Kepala Seksi PMD Kecamatan Bangko," ceritanya.
Dengan logat melayunya yang kental, Ia berpesan agar bekerja dengan bersungguh-sunggung. Jika sudah memegang pekerjaan itu serius bisa sampai malam dan berkeliling ke rumah warga.
Tak hanya itu, ia pun kerap pergi kondangan dan melayat di wilayah tempatnya bekerja. Bahkan, sempat tak sadarkan diri membantu sampai ke liang lahat untuk menguburkan jenazah.
"Kalau kita sudah ditunjuk orang bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Karena tak semudah itu orang memberi jabatan," katanya lagi.
Pada saat menjadi seksi PMD, menurutnya sangat maju. Atuk Anas lanjutkan, dari satu desa hanya mendapat Rp 100 ribu lalu bertambah menjadi Rp 200 ribu, Rp 500 ribu, hingga mencapai Rp1 M.
"Tinggi terus," ujarnya.
Pindahnya Atuk Annas ke Bengkalis pun tanpa sebab. Ia pun mengiyakan.
"Saya menjadi kepala kantor PMD Kabupaten Bengkalis pada 1978. Kemudian diangkat juga sebagai Kantor Kepala PMD di Bagan sampai pensiun 1996," jelasnya.
Pria yang mengenakan jam di tangan kirinya memperagakan saat berkunjung ke desa-desa menggunakan sampan.
"Orang desa menyambut dengan menjamu makanan lalu berpidato," urainya
Hingga akhirnya, ia pun dikenal orang dan mempermudahnya menjadi anggota legislatif di DPRD Rohil pasca pensiun.
Saat di Bagan, ia pun bisa memperjuangkan dana APBD masuk ke Rohil.
Katanya, dengan menjumpai PU dan lainnya. Sehingga, ilmu lobinya itu bisa bermanfaat bagi warga masyarakat Rohil.
Tak hanya itu, ia pun sempat ke pusat dengan cara membuat proyek, misalnya pengaspalan jalan.
"Masuk proyek itu, senang orang Jakarta. Kalau Jakarta saya suruh mereka yang bangun tak mau ganggu," tuturnya.
Atuk Annas yang pernah menjabat Ketua DPRD Rohil kemudian menjadi bupati. Semuanya terwujud lantaran diusung oleh masyarakat. Di Bagan ia mendapat panggilan Ongah.
"Jadi, saya dipanggil. Udah ongah ga usah jadi ketua DPRD jadi sajo Bupati. Katanya, supaya bisa dibangun kampung ini," terangnya.
Akhirnya ia pun menjadi Bupati Rohil selama dua periode 2006-2011 dan 2012-2014. Kepemimpinannya di periode dua sebagai bupati dilanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yakni Gubernur Riau. Terpilihlah Annas Maamun dan dinyatakan sah sebagai Gubernur Riau pada 19 Februari 2014.
Rupanya, kisah menjadi gubernur ini mengalami liku-liku. Ia sempat menjadi target operasi tangkap tangan (OTT) KPK pada 25 September 2014 di Cibubur, Jakarta Timur, terkait kasus suap alih fungsi hutan di Riau dan proyek di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau.
Pada 2020, Tuk Anas keluar dari Lapas Sukamiskin. Namun baru setahun menghirup udara bebas, Atuk Annas kembali terkena OTT KPK suap pengesahan RAPBD Perubahan Provinsi Riau tahun anggaran 2014 dan RAPBD tahun anggaran 2015 di Provinsi Riau. Akhir 2022, Atuk Annas pun kembali menghirup kebebasan.
Kisah lengkap Atuk Anas ini secara lengkap dapat ditonton di platform Facebook dan Youtube RIAU ONLINE dengan judul "Bual YP I Annas Ma'mun: Dari Guru Hingga Gubernur".