Pak Nyamuk, Bangsawan Jawa yang Berjasa Bangun Kota Pekanbaru

Makam-Pak-Nyamuk.jpg
(Istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Raden Sastro Pawiro Djaya Diningrat, seorang keturunan bangsawan Jawa yang berjasa bagi pembangunan bersama masyarakat di Kota Pekanbaru.

Ketika Kota Pekanbaru masih menjadi distrik, Raden Pawiro yang dikenal sebagai Pak Nyamuk, merupakan seorang Penghulu Perhentian Nyamuk Onderneing atau perkebunan Cinta Raja. Kini, Cinta Raja telah dimekarkan menjadi dua wilayah kelurahan di Pekanbaru, yakni Kelurahan Cinta Raja, Kecamatan Sail, dan Kelurahan Simpang Empat, Kecamatan Pekanbaru Kota.

Tepatnya, pada 18 Juli 1932, Pak Nyamuk diangkat menjadi Lid Kerapatan Distrik Pekanbaru atau anggota dewan maupun parlemen di Balai Kerapatan yang kini dikenal sebagai lurah atau kepala desa. 

Pengangkatan Pak Nyamuk sebagai sosok penting di Distrik Pekanbaru berdasarkan surat dari Sultan Siak, Assaidis Syarif Kasim Abdul Jalil kepada Datuk Sri Amar Perkasa distric of Pekanbaru.

Pak Nyamuk bahkan memerintah di tiga zaman pemerintahan pada di Pekanbaru, yakni semasa Kolonial Belanda, Jepang, dan Indonesia Merdeka. 

Semasa hidupnya Pak Nyamuk yang sebelumnya memimpin orang-orang Jawa perkebunan karet Cinta Raja hadir sebagai perwakilan orang-orang Jawa di perkebunan karet tersebut dan Sukajadi di Balai Kerapatan Distrik Pekanbaru. 

Jejak pemerintahan dan pembangunan Pak Nyamuk bahkan masih bisa ditemukan di Kota Pekanbaru. Satu di antaranya ada di Masjid Ar-Rahman yang kini berdiri megah di Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru.

Ternyata, Masjid Ar-Rahman dibangun atas prakarsa Pak Nyamuk saat memerintah di era Kolonial Belanda. 


Dengan campur tangan Pak Nyamuk, Masjid yang dahulunya hanya bangunan kayu berbentuk panggung dengan tinggi sekitar satu meter dari tanah berukuran 8x8 itu disulap menjadi salah satu masjid termegah di Kota Bertuah kini.

Dari biaya yang digelontorkan Pak Nyamuk, Masjid Ar-Rahman dibangun di atas tanah wakaf oleh warga Kota Pekanbaru zaman dahulu secara gotong royong.

Menurut, Kepala Tata Usaha Masjid Ar-Rahman, H Hasyim, kala itu pembangunan masjid dibangun mulai 1930-1935. Masjid tersebut rampung dibangun secara bersama-sama pada 1935.

"Bangunan ini dulunya didirikan pada tahun 1930 dan selesai lima tahun kemudian, 1935. Mesjid yang letaknya persis berada di pusat kota Pekanbaru ini dulunya merupakan rumah ibadah sangat sederhana. Tanahnya diawal pengerjaan merupakan wakaf dari Raden Pawiro Djaya Diningrat," kata H Hasyim kepada RIAUONLINE.CO.ID, Selasa, 7 Juni 2016. 

Hasyim menyebut Pak Nyamuk tak hanya mewakafkan tanahnya, namun juga menjadi donatur terbesar di Masjid Ar-Rahman.

Kini, seiring bertambahnya penduduknya di Kota Pekanbaru, beberapa kali renovasi pun dilakukan agar Masjid Ar-Rahman mampu menampung jemaah dari berbagai wilayah di Kota Pekanbaru.

Kendati telah melalui perombakan, namun jejak Pak Nyamuk tetap bisa ditemukan di Masjid Ar-Rahman. Pak Nyamuk yang telah lama tutup usia dimakamkan di area kompleks masjid, tepatnya di halaman Masjid Ar-Rahman.

"Makam Raden Sastro untuk saat ini berada di area kompleks mesjid, tepat di belakang bangunan Masjid Ar-Rahman. Raden Sastro juga dikenal dengan nama Pak Nyamuk," tandasnya.