RIAUONLINE, PEKANBARU - Pelayanan instalasi bank darah RSUD Arifin Ahmad, Pekanbaru, dinilai tidak prima oleh keluarga pasien. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau, Wan Fajriatul Mamnunah, angkat bicara.
Wan Fajriatul Mamnunah menjelaskan selama ini stok darah di RSUD Arifin Ahmad disuplai oleh Palang Merah Indonesia (PMI). Jika stok darah di PMI tak tersedia, maka kata Fajriatul, ketersedian darah di bank darah RSUD Arifin Ahmad juga akan kosong.
Stok darah yang tidak tersedia di RSUD Arifin Ahmad, lanjutnya, akan diinformasikan kepada keluarga pasien yang membutuhkan agar segera mencari pendonor. Namun, keluarga pasien akan diinformasikan kembali ketika darah yang dibutuhkan tersedia dari PMI.
Namun Fajriatul membantah pihaknya melakukan praktik jual beli darah. "Tidak ada istilahnya tadi jual beli darah itu nggak ada karena kebutuhan darah itu pasti PMI yang akan menginformasikan ke kami," tegasnya, Senin, 31 Oktober 2022.
Isu dugaan praktik jual beli darah di RSUD Arifin Ahmad muncul setelah adanya keluarga pasien yang kesulitan mendapatkan darah yang dibutuhkan pasien penderita kanker.
Kemudian ketika sudah mendapatkan pendonor darah, petugas beralasan bahwa reagen darah tidak tersedia sehingga harus menunggu dari distributor yang kabarnya sampai dalam dua hari.
Fajriatul kemudian menegaskan bahwa petugas RSUD Arifin Ahmad tidak berniat pilah-pilih pasien. Menurutnya, ketika itu petugas hanya ingin menjaga stok reagen tetap tersedia.
"Itu miss-nya, petugas tidak ada koordinasi dengan instalasi," ungkapnya.
"Kondisi itu mungkin dari petugasnya yang kurang informatif atau menanyakan," tambah Fajriatul.
Menurutnya, tidak tepat jika mengatakan bahwa ketika stok reagen untuk transfusi darah kosong, karena kemungkinan hanya ketersediaan yang terbatas.
"Emang yang agak saya sayang kan keluarga pasien emosi, sehingga marah dan memukul memecahkan kaca di banggaran," ucap putri dari Mantan Gubernur Riau, Wan Abu Bakar.
Untuk itu, Fajriatul telah meminta maaf kepada keluarga pasien atas insiden yang terjadi pada Sabtu, 29 Oktober, malam itu dan masalah telah diselesaikan.
"Nanti kedepannya memang ini harus ada pembenahan dalam bagaimana petugas-petugas yang di garda depan itu yang langsung melayani pasien memiliki rasa komunikasi ataupun rasa empati dalam menjelaskan ke pasien cukup dengan baik, nah itu mungkin kurangnya sehingga membuat warga itu marah," pungkas Fajriatul.