Laporan Indah Lestari
RIAU ONLINE, PEKANBARU-Pandangan pertama adalah hal penting dalam konteks apapun dan bagi siapa pun. Seperti para pejalan yang menyinggahi beberapa daerah pasti akan berpendapat mengenai pandangan pertama mereka atas daerah persinggahannya untuk kesan berikutnya.
Ketika pandangan pertama ini terkesan buruk, bahkan mungkin akan berbuntut buruk sekalipun ada surga di dalamnya.
Salah satunya Riau, dikenal dengan lautan sawit. Melalui survei kecil-kecilan, beberapa pendatang luar pulau, mendapati Riau tampak mengejutkan ketika dilihat dari balik kaca kapal udara yang ingin mendarat di tanah Lancang Kuning ini. Mereka bilang "Riau seperti lautan sawit".
Kenyataannya memang, Riau menjadi provinsi produsen kelapa sawit terbesar di Tanah Air, yaitu mencapai 8,63 juta ton. Riau menyumbang 18,6 persen kelapa sawit nasional pada tahun lalu.
Produsen terbesar berikutnya adalah Kalimantan Tengah yang memproduksi kelapa sawit sebesar 8,6 juta ton pada 2021 menurut Databoks Katadata.co.id, 4 April 2022.
Kendati begitu, siapa sangka? Di balik lautan sawit yang begitu memanggang ini, ada surga tersembunyi yang belum banyak orang tahu.
Ya, Surga nan indah itu ialah Cipang. Cipang merupakan desa yang terletak di Rokan Hulu (Rohul). Cipang terbagi menjadi dua bagian, Cipang Kanan dan Cipang Kiri. Cipang merupakan kawasan adat dan masih memiliki hutan adat yang cukup luas.
Desa Cipang tepatnya berada di Kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rohul, Provinsi Riau, Indonesia. Bedanya Cipang Kanan dan Kiri hanyalah persoalan beda dusun atau kedudukan desa.
Masyarakat Cipang masih memegang teguh nilai tradisi dan budaya luhur yang ada. Penduduknya hidup secara konvensional dengan modernitas yang terbatas dan memang sengaja dibatasi. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan kemurnian tanah ulayat mereka dan berhilir kepada tujuan mewarisi kepada anak cucu mereka secara turun-temurun. Jika ingin berkunjung ke sana, siap-siap kesulitan sinyal untuk menghubungi si doi!
Beralih ke hutan adatnya atau boleh juga disebut sebagai hutan konservasi. Menurut data dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Rohul 2021, Cipang (Kecamatan Rokan IV Koto) ini memiliki luas hutan konservasi seluas 8.531 hektar.
Dalam hutan tersebutlah surga sebenarnya berada. Ketika memasuki hutan adat Cipang, kita akan melihat banyak sekali aliran sungai hingga air terjun. Cipang juga disebut-sebut sebagai hulu atau kepala dari sungai-sungai yang ada di Kabupaten Rohul.
Salah satu aliran sungai yang jarang dijamah manusia dan keasriannya masih sangat murni adalah Air Terjun Tiga Muara, Cipang Kanan, Dusun II Kersik Putih.
Air terjun ini dapat dikunjungi dengan mendaki bukit Pematang Sianciang terlebih dahulu, dengan ketinggian 371 mdpl (meter di atas permukaan laut). Kemudian ada juga Air Terjun Sarosah Tinggi yang jalur dan kemiringannya tidak jauh berbeda dengan Air Terjun Tiga Muara.
Di sepanjang perjalanan menuju air terjun atau kawasan hutan adat tersebut, akan banyak ditemui pepohonan yang mungkin di daerah lain sudah punah atau tidak bisa ditemukan lagi, seperti Pohon Sialang, kelangkaannya saat ini membuat pohon bernama latin Koompassia Excelsa ini digolongkan ke dalam tumbuhan yang dilindungi keberadaannya.
Selain itu, dapat pula ditemukan tumbuhan endemik, seperti Pohon Kulim atau Bawang Hutan. Nama latin dari pohon ini adalah Scorodocarpus Borneensis. Selain di Cipang, pohon ini juga dapat dijumpai di Taman Nasional Tesso Nilo. Endemik di sini adalah jenis tumbuhan yang unik, yang keberadaannya terbilang langka. Hanya tersebar di beberapa wilayah tertentu dan tidak ditemukan di wilayah lain secara alami.
Jika berbicara tentang surga, bukan sekedar keindahan di mata saja, namun juga tentang keindahan rasa, baik di lidah maupun di hati. Secara keseluruhan adalah sesuatu yang disebut dengan mengesankan.
Selain keindahan pada destinasinya, Cipang juga punya kuliner yang indah dan luar biasa memikat lidah. Di setiap awal tahun, Cipang mempunyai tradisi dan budaya luhur berupa acara syukuran yang bernama Niat Tahun atau Niek Tahun dalam bahasa daerahnya. Syukuran ini dipanjatkan kepada Sang Maha Kuasa atas aktivitas ekonomi mereka yang selalu bertoleransi terhadap alam atau ekonomi hijau, seperti berdagang di pasar tradisional, berladang atau berkebun, menanam padi, dan aktivitas ekonomi lainnya agar mendapatkan hasil yang berkah bagi manusia dan alam sekitar beserta isinya.
Tidak hanya di awal tahun. Sebagai sambungan dari Niat Tahun tersebut, di akhir tahun mereka akan melakukan acara makan Bukancah atau Bajambau. Tradisi ini diawali dengan masak bersama oleh ibu-ibu setempat. Kemudian, masakan tersebut akan dihidangkan di atas susunan daun pisang, di tengah tikar panjang yang sudah digelar untuk dapat dinikmati masyarakat secara bersama-sama dengan duduk berhadap-hadapan.
Sajian yang dihidangkan biasanya berupa gulai Kambing, samba lado (sambal cabai), asam padeh bening (asam pedas bening), lengkap dengan nasi, dan sayur-mayur, serta lauk-pauk lainnya.
Sungguh keindahan pandang dan rasa. Bukan hanya rasa di lidah akan makanan khas Cipang yang luar biasa enak dan penuh rempah, namun juga rasa damai di hati karena melirik silaturahmi persaudaraan masyarakat Cipang yang begitu erat dan patut diteladani.
Sumber: Riset/Pengalaman Pribadi, Katadata, Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu 2021