RIAU ONLINE, PEKANBARU-Badan Pusat Statistik Provinsi Riau mencatat Nilai impor Riau Agustus 2022 sebesar US$ 184,47 juta, mengalami penurunan sebesar 18,21 persen dibanding impor Juli 2022.
Berbeda dengan nilai ekspor Riau pafa Agustus 2022 sebesar US$ 2,46 miliar, mengalami kenaikan 15,02 persen.
Kepala BPS, Misfaruddin mengatakan penurunan ini disebabkan turunnya
impor migas sebesar 97,84 persen dan impor nonmigas sebesar 3,16 persen.
"Sehingga kontribusi seluruh impor Riau terhadap nasional hanya sebesar 0,83 persen," ujar Misfaruddin, Jumat 16 September 2022.
Dijelaskannya, penurunan impor nonmigas pada Agustus 2022 terhadap bulan sebelumnya terjadi pada enam golongan barang.
Penurunan impor yang terbesar dialami barang-barang di kelompok Pupuk sebesar US$ 25,09 ribu (44,72 persen), diikuti oleh Bubur Kayu (Pulp) sebesar US$ 2,97 ribu (39,26 persen), Bahan Kimia Anorganik sebesar US$ 1,64 ribu (13,07 persen), Bahan Kimia Organik sebesar US$ 1,38 ribu (15,85 persen).
Kemudian Garam, Belerang dan Kapur sebesar US$ 0,63 ribu (9,85 persen), dan
Lemak & MInyak Hewan/Nabati sebesar US$ 0,36 ribu (99,38 persen).
"Disusul impor pada empat kelompok barang lainnya mengalami penurunan," imbuhnya.
Lebih lanjut, untuk total nilai impor nonmigas dari 13 negara Agustus 2022 adalah US$ 160,33 juta atau turun US$14,57 juta (8,33 persen) dibandingkan Juli 2022.
"Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh turunnya nilai impor dari beberapa negara utama seperti Tiongkok US$ 18,15 juta (21,95 persen)dan Kanada US$ 14,36 juta (33,82 persen)," jelasnya.
Kendati demikian, bila dilihat selama Januari-Agustus 2022, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, impor dari 13 negara utama naim US$ 844,46 juta (90,25 persen).
Peningkatan nilai impor terutama berasal dari Tiongkok US$ 381,76 juta (179,39 persen), Kanada US$ 123,62 juta (77,04 persen) dan Finlandia US$ 75,84 juta (158,66 persen.
"Impor nonmigas selama Januari-Agustus 2022 didominasi oleh Mesin-mesin/Pesawat Mekanik US$ 615,08 juta (36,57 persen), kemudian Pupuk sebesar US$ 392,50 juta (23,34 persen), Bahan Kimia Anorganik US$ 92,16 juta (5,48 persen), serta Bahan Kimia Organik US$ 83,6 juta (4,97 persen) dengan kontribusi keempatnya mencapai 70,36 persen," pungkasnya.