Laporan: Dwi Fatimah
RIAUONLINE, PEKANBARU - Setiap anak memiliki kemajuan tumbuh kembang yang berbeda, termasuk berbicara. Biasanya, anak mulai belajar bicara dari usia 6 sampai 9 bulan. Di usia ini anak akan mulai bisa babbling atau mengulang suku kata yang sama.
Saat anak memasuki usia 12 bulan, anak sudah bisa mengucap kata ‘mama’ atau ‘papa’ dan mulai bisa mengeluarkan satu atau dua kata yang bermakna dan terus bertambah seiring pertumbuhannya sampai benar-benar bisa berbicara.
Tahapan belajar berbicara merupakan salah satu proses yang perlu diperhatikan orang tua. Namun, orang tua juga perlu ingat bahwa tahapan kemajuan perkembangan setiap anak berbeda dan tak sedikit anak yang mengalami keterlambatan berbicara atau yang biasa disebut dengan speech delay.
Speech delay merupakan salah satu gangguan komunikasi yang wajar terjadi pada masa pertumbuhan anak. Namun jika hal ini dibiarkan, speech delay dapat menjadi gangguan serius yang berpengaruh pada kecerdasan dan juga perilaku anak di masa depan.
Speech delay juga dapat dikatakan sebagai gangguan yang paling umum terjadi pada anak usia 3-16 tahun.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh National Centre for Biotechnology Information, prevalensi gangguan speech delay pada anak berkisar 1 hingga 32 persen pada populasi normal.
Pada umumnya, anak berusia 2 tahun sudah dapat menguasai sekitar 50 kosa kata dan menggabungkan 2 kata menjadi kalimat sederhana, seperti “aku lapar”. Sementara itu, anak berusia 3 tahun sudah mampu menyusun 3–4 kata menjadi kalimat utuh.
Namun, perlu diwaspadai adanya kondisi speech delay bila anak menunjukkan beberapa tanda berikut:
1. Jarang mencoba berbicara atau meniru perkataan orang lain
2. Tidak bereaksi saat dipanggil
3. Menghindari kontak mata saat diajak berbicara
4. Kesulitan menyebutkan benda-benda di rumah
5. Belum bisa merangkai dua atau tiga kata
6. Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana
7. Memilih menunjukkan gestur tubuh daripada berbicara saat meminta sesuatu
Jika anak menunjukkan tanda-tanda di atas, orangtua sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak. Bila anak memang mengalami speech delay, dokter akan menyarankan penanganan yang sesuai dengan kondisinya, termasuk terapi wicara.
Selain menjalani terapi wicara, orangtua dapat membantu menstimulasi kemampuan bicara anak. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menstimulasi perkembangan berbicara anak antara lain:
1. Sering mengajak anak bicara
Cara menstimulasi anak dengan speech delay yang paling mudah dilakukan adalah melibatkannya pada setiap percakapan. Bahkan, orangtua disarankan untuk berbicara langsung kepadanya, meski hanya untuk menceritakan apa yang sedang orangtua lakukan.
Sebagai contoh, saat mengganti popok anak, ceritakan dan jelaskan apa yang sedang orangtua lakukan. Orangtua bisa menggunakan kata-kata sederhana atau kalimat pendek. Dengan demikian, anak akan terdorong untuk meniru atau menanggapi perkataan.
2. Membacakan cerita untuk anak
Membacakan buku cerita untuk anak sejak dini bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan bicaranya. Dengan mendengarkan, anak bisa belajar memahami nama-nama benda atau cerita pada buku.
Untuk mendukung terapi speech delay, orangtua dapat meminta anak menirukan nama-nama tokoh atau benda pada buku yang dibacakan. Orangtua bisa mencari buku cerita bergambar karakter kartun yang digemari anak.
3. Tanggapi perkataannya dan perbaiki
Jika anak mengatakan sesuatu dan kurang tepat artinya, jangan buru-buru untuk menyanggahnya. Orangtua sebaiknya menanggapi perkataanya dengan penggunaan kata atau kalimat yang tepat.
Misalnya, bila anak meminta untuk “mengikat” kancing bajunya, orangtua bisa menanggapi dengan mengatakan “Iya, Bunda akan mengancingkan bajumu”. Hal ini bisa mendukung perkembangan anak yang mengalami speech delay.
4. Bantu anak memahami nama-nama benda
Saat menginginkan sesuatu, anak yang mengalami speech delay mungkin hanya akan menunjuk benda tersebut alih-alih mengucapkan kalimat permintaan. Dalam kondisi ini, anak bisa membantunya memahami nama-nama benda tersebut.
Dengan demikian, anak akan terdorong untuk meniru nama-nama benda yang ia dengar.
5. Ajukan pertanyaan agar anak memilih
Merangsang kemampuan anak dengan speech delay bisa dilakukan dengan cara memintanya untuk memilih sesuatu. Berikan pertanyaan kepada anak, misalnya “Kamu mau makan jeruk atau apel?”.
Jika anak menunjuk salah satu dari buah tersebut, minta ia untuk menggunakan kata “jeruk” atau “apel” dalam memilih.
6. Batasi penggunaan gawai
Sebuah studi yang dilakukan pada anak berusia 18 bulan yang lebih banyak bermain gawai atau gadget, menunjukkan bahwa kebiasaan tersebut berkaitan dengan speech delay.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya speech delay pada anak, orangtua disarankan membatasi penggunaan gawai pada anak hanya 1 jam per hari. Hal ini bertujuan agar anak terdorong untuk berbicara kepada anggota keluarga daripada bermain ponsel.
Selain menerapkan beberapa cara di atas, untuk melatih anak dengan speech delay, orangtua sebaiknya menghindari berbicara menggunakan “bahasa bayi”. orangtua bisa mengajarkan cara berbicara menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Perkembangan anak dalam berbicara memang berbeda-beda. Ada beberapa anak yang dapat berbicara sesuai, bahkan lebih cepat dari usianya, tetapi ada juga yang mengalami speech delay dan memerlukan pelatihan ekstra dari orang tua.
Orangtua tak perlu khawatir selama keterlambatan dapat dikejar dalam beberapa minggu, hal ini masih dikatakan wajar.
Jika orangtua khawatir dengan perkembangan bicara anak yang mungkin terlambat, atau bahkan sudah muncul tanda-tanda yang perlu diwaspadai mengarah ke speech delay, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk memastikan kondisi anak dan mendapatkan penanganan yang sesuai.