RIAU ONLINE - Sudah sejak ratusan lalu, budaya di tanah Minangkabau tidak terlepas dari agama Islam. Bahkan, keterikatan antara budaya, tradisi dan adat di Sumatera Barat melahirkan falsafah Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah yang menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman untuk kehidupan masyarakat Minangkabau.
Tak hanya itu, bangunan-bangunan lama di Sumatera Barat juga menjadi jejak yang membuktikan betapa lekatnya Minangkabau dengan Islam. Salah satunya, Masjid Tuo Kayu Jao.
Masjid Tuo Kayu Jao bahkan merupakan salah satu yang tertua di Indonesia, yang berada di Sumatera Barat. Masjid Tuo Kayu Jao ini sudah berdiri sejak abad ke-16 yang menjadi bagian dari sejarah syiar Islam di Solok, Sumatera Barat.
Berada di Jalan Kampung Kayu Jao, Jorong Kayu Jao, Kenagarian Batang Barus, Gunung Talang, Kabupaten Solok, masjid ini dibagun di area perbukitan. Sejak ratusan tahun lalu, Masjid Tuo Kayu Jao mengiringi perkembangan dakwah Islam di Solok.
Dilansir dari Tirto.id, laman Kemdikbud menjelaskan, Masjid Tuo Kayu Jao didirikan oleh dua tokoh pendakwah agama Islam di Solok, yakni Angku Masau (Angku Masyur) dan Angku Labai.
Meski lokasinya cukup jauh dari pemukiman penduduk dan berada di ketinggian 1.153 meter di atas permukaan laut, masjid ini masih bertahan hingga sekarang.
Penamaan masjid yang menggunakan kata kayu merujuk pada bahan yang digunakan untuk membangun masjid, yakni kayu. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Konon saat pembangunan masjid ini, kayu-kayu Jao yang dikumpulkan sebagai bahan pembangunan hanyut di sungai hingga sampai pada lokasi masjid sekarang. Sehingga, dibangunlah masjid di lokasi tersebut serta tak perlu repot membawa kembali kayu-kayu yang hanyut itu ke tempat semula.
Dari kisah yang berkembang, seperti dilansir dari Kompas.com, masjid ini dibangun atas swadaya dan gotong royong masyarakat Lubuk Lasih dan Batang Arus.
Desain arsitektur masjid yang dikelilingi lembah dengan sungai yang mengalir di sisi selatan dan timur ini berbentuk bujur sangkar. Pada sisi barat masjid terdapat bagian yang menjorok berfungsi sebagai mihrab.
Atapnya bersusun tiga. Pada bagian atap mihrab, berupa gonjong dengan bahan terbuat dari ijuk.
Seluruh bagian masjid mulai dari dinding, tiang, hingga plafon terbuat dari bahan kayu. Namun saat ini, tiang bagian tengah sudah diubah dengan beton dikarenakan sudah hancur dimakan usia.
Perubahan saat pemugaran hanya dilakukan pada material kayu selain tiang, serta perubahan ornamen dan warna cat pada bagian luar bangunan.