Sungai Sail, Dulu Sumber Penghidupan, Kini Sebabkan Banjir Pekanbaru

Sungai-sail.jpg
(Pekanbaru.go.id)

 

Laporan: Dwi Fatimah

RIAUONLINE, PEKANBARU - Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru memulai proses normalisasi Sungai Sail setelah 30 tahun tak pernah dikeruk. Upaya normalisasi ini guna mencegah pendangkalan di aliran sungai. Penjabat (Pj) Walikota Pekanbaru, Muflihun mengatakan, normalisasi Sungai Sail ini untuk mengurangi dampak banjir di sekitar aliran sungai.

Tidak seperti sekarang yang kumuh dan rusak, Sungai Sail dulunya asri dan digunakan sebagai sumber air masyarakat sekitar. Kerusakan terjadi saat ini disinyalir disebabkan oleh ulah oknum penambang pasir ilegal.

Bagi masyarakat Kampung Gobah, Sungai Sail merupakan sejarah yang sulit untuk dilupakan. Sungai Sail menjadi tempat mencari ikan atau memancing, dan belajar berenang.

Tapi beberapa tahun belakangan sebutan Sungai Sail yang melintasi Kampung Gobah berubah nama menjadi Sungai Batak. Orang lebih familiar dengan sebutan Sungai Batak daripada Sungai Sail.

Sungai Sail adalah salah satu sungai terpanjang yang ada di Pekanbaru. Sungai ini mengalir sepanjang 25 km. Selain Sungai Siak dan Sungai Kampar yang menjadi sungai terbesar di Riau, Sungai Sail juga penting mendapat perhatian.

Sungai Sail meliuk-liuk dari hulunya di daerah kebun sawit di sebelah utara Jalan Lintas Timur di dekat batas timur Kota Pekanbaru, kemudian menuju ke sebelah timur Hotel Labersa, terus ke utara di muara parit indah. Kemudian memotong Jalan Harapan Raya, Jalan Hang Tuah, Jalan Kuantan, Jalan Satria, Jalan Sumber Sari dan berakhir serta bermuara di Sungai Siak.

Kegiatan perkebunan sawit di bagian hulunya banyak menimbulkan erosi dan mengeruhkan air sungai. Tanah di wilayah sekitar sungai juga berupa tanah kuning dan berpasir. Kegiatan penambangan pasir di bagian hulu juga memperparah sedimentasi di hilir.



Pelaku penambangan liar atau ilegal ini seharusnya dapat dijerat dengan undang-undang lingkungan hidup. Pasalnya, lingkungan sungai yang rusak dapat menjadi bencana bagi pemukiman di sekitarnya, seperti memperparah banjir yang masih menjadi masalah di Kota Pekanbaru.

Dari cerita orang tua di sana, dulunya Sungai Sail dan anak sungainya memiliki air yang bersih kecokelatan seperti air di tanah gambut. Air anak sungainya pun bisa diminum langsung untuk pelepas dahaga orang yang lalu.

 

 

Sekarang tentu hal tersebut tidak lagi bisa dilakukan, karena sungai dan parit saat ini selain menjadi tempat penyaluran air hujan, juga sebagai tempat akhir pembuangan limbah cair kita, baik limbah dapur, kamar mandi, maupun limbah usaha perdagangan.

Sampah-sampah yang tak terurus dan sebagian disengaja, tempat berkumpulnya juga ke dalam parit dan akhirnya mengalir ke Sungai Sail sebagai tempat paling rendah sesuai hukum gravitasi.

Jadilah sungai-sungai di Pekanbaru, terutama Sungai Sail menanggung beban berat, mulai dari polusi air, polusi padat (sampah), sedimentasi, penyempitan karena penimbunan dan pembangunan perumahan. Selain kumuh, banjir juga kerap terjadi di aliran Sungai Sail. Alhasil, Sungai Sail menjadi salah satu penyebab banjir yang terjadi di Pekanbaru.

Muhammad Ikhsan, Dosen di Universitas Riau sekaligus Praktisi Tata Kota, dalam tulisannya ‘Ayo Tata Sungai Sail’ yang dimuat dalam mikhsan.com, menjelaskan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk penataan Sungai Sail:

Pertama, Walikota menetapkan garis sempadan sungai atau 15 m dari palung dan ketentuan lainnya, yang didahului oleh studi penetapan. Setelah sempadan ini ditetapkan, barulah pemanfaatannya bisa resmi dilakukan untuk ruang terbuka hijau (RTH).

Kedua, pengerukan atau normalisasi Sungai Sail sepanjang 9 km, termasuk pelebaran di sekitar perumahan Jondul dan Kuantan Regency. Pengerukan ini sangat penting untuk mengatasi banjir di subdas Sail ini. Pengerukan ini bisa sekaligus digunakan untuk mempersiapkan badan jalan inspeksi di sepanjang tepi sungai sehingga bisa dimanfaatkan untuk jalur transportasi alternatif.

Ketiga, memasang perangkap sampah di saluran primer yang menuju ke sungai Sail, supaya sampah-sampah tidak lagi masuk ke sungai Sail. Hal ini dilakukan seiring dengan pengelolaan persampahan perkotaan.

Keempat, membangun kolam pengendap sedimentasi di hulu dari jembatan parit indah untuk mengurangi sedimentasi dan kekeruhan yang dibawa dari hulu.

Kelima, mengelola limbah cair perkotaan supaya tidak masuk ke drainase, sehingga yang masuk ke drainase dan sungai hanya air hujan dan air limbah yang telah diolah. Hal ini sejalan dengan pembangunan SPALD (sistem pengelolaan alir limbah domestik) yang berjalan saat ini.

Keenam, secara bertahap membangun tanggul permanen dikombinasikan dengan tanggul alami, penghijauan dan penataan RTH di kawasan sempadan sungai.