JEMAAH haji melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah dalam pelaksaan ibadah haji di Mekah, Arab Saudi, 16 Agustus 2018.
(VOAINDONESIA/AP)
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Koordinator Promosi Kesehatan PPIH Bidang Kesehatan, Edi Supriyatna mengatakan, saat ini di Arab Saudi mengalami perbedaan suhu yang ekstrem dibanding di Indonesia. Ditambah kelembaban yang rendah.
Untuk itu, jemaah haji diminta menghindari pajanan sinar matahari langsung dan melengkapi diri dengan Alat Pelindung Diri (APD), salah satunya menggunakan topi dengan bibir atau pinggiran yang lebar sehingga kepala bisa terhindar dari sengatan langsung.
Selain itu, jemaah diminta untuk sering menyemprot bagian tubuh yang terpapar pajanan matahari langsung, terutama wajah dan tangan. Jemaah juga diminta untuk menggunakan pakaian yang longgar dan mudah menyerap keringat, serta selalu menggunakan alas kaki saat bepergian.
"Edukasi ini harus dijalankan mulai dari sekarang, sebelum jemaah haji berangkat," katanya.
Lebih lanjut, hal yang paling penting yang harus diedukasi kepada jamaah haji adalah, perbedaan suhu yang ekstrem ditambah kelembaban yang rendah di Arab Saudi, menimbulkan potensi dehidrasi bagi jemaah haji.
Kondisi ini dapat mengarah pada situasi yang lebih parah yakni heat exhausted bahkan heat stroke. Sehingga asupan mineral yang cukup menjadi kunci penting menjaga jemaah haji tetap terhidrasi dengan baik.
"Kunci Dehidrasi adalah mineral loss, jadi harus minum air yang dicampur elektrolit, jangan tunggu haus," ujarnya.
Fungsi elektrolit di sini bukan sebagai obat diare, melainkan sebagai pengganti mineral yang hilang selama menjalankan aktivitas di tengah cuaca yang sangat terik dan minim kelembaban.
Konsumsi elektrolit dilakukan setelah jemaah haji melakukan aktifitas di luar hotel, dengan mencampurkan 1 sachet oralit dengan 600 ml air. Selain itu jemaah juga diminta untuk minum air 5-6 botol sehari dengan takaran 600 ml air setiap botolnya.
"Harus di edukasi sejak dini," pungkasnya.