Datuk Sri Marjohan Apresiasi Keinginan Bentuk Kampung Silat di Alam Mayang

Datuk-Sri-Marjohan-Yusuf2.jpg
(DEFRI CANDRA /Riau Online)

RIAUONLINE, PEKANBARU-Ketua Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu (MKA LAM) Riau, Datuk Sri Marjohan Yusuf mengapresiasi keinginan berbagai perguruan silat untuk membentuk kampung silat di Taman Rekreasi Alam Mayang, Pekanbaru. 

 

Bahkan saat membuka Jambore Silat Lintau, dengan semangat Dr Sri Marjohan mengatakan bahwa silat adalah tradisi melayu. 

 

Mengulas masa lalunya di Kampung Kabupaten Indragiri Hulu, dahulu ayahnya juga punya perguruan silat. 

 

Ia pernah ikut berlatih di gelanggang milik ayahnya bersama kawan-kawan masa kecil. Maka saat pembukaan kampung silat di Alam Mayang, beliau seakan kembali ke masa-masa di kampung halaman.

 

 

"Pengukuhan Kampung Silat Tuah Negeri Melayu Riau Alam Mayang hari ini, mengingatkan saya pada kampung halaman. Apalagi silat adalah tradisi Melayu yang syarat dengan nilai-nilai budaya serta agama," ujar Dr Sri Marjohan, Kamis, 24 Februari 2022.

 


Dt Sri Marjohan juga menyampaikan ucapkan terimakasih kepada Pandeka Rang Kayo Saki, serta pengelola Taman Rekreasi Alam Mayang, Riyono Gede Trisoko yang bersedia menjadikan tersebut sebagai kampung silat Riau. 

 

Dt Marjohan juga menjelaskan kampung silat ini tentu akan membuka peluang bagi bagi para pesilat untuk mempererat silaturahmi dan mengukir prestasi. 

 

"Jambore serupa ini harus terus digelar sehingga para pesilat, terutama pemula mendapat ruang untuk mengukir prestasi," harapnya. 

 

Selain itu, pesilat dan pecinta silat Riau M Salim dalam sambutannya mengatakan secara terbuka, bahwa saat ini, prestasi silat Riau sedang tidak baik-baik saja. 

 

Bahkan di PON XX Papua 2021, Riau tak mendulang medali sama sekali. Hal ini tentu saja diperlukan apresiasi semua pihak untuk peduli pada olahraga ini. 

 

"Paling tidak, Kampung Silat Tuah Negeri Melayu Riau Alam Mayang ini bak telaga di Padang tandus prestasi Riau beberapa tahun belakangan ini," ujar M Salim.

 

Riyono Gede Trisoko juga menjelaskan, mengapa dirinya terpilih sebagai Ketua Umum Silek Lintau IX Koto dan diberi gelar Pandeka Rang Kayo Saki, padahal dirinya dari puak Jawa. 

 

Menurutnya ini untuk melanjutkan amanah almarhum Badiyun, ayahnya yang juga Ketum perguruan yang sama. 

 

"Saya pegang amanah itu dan berupaya untuk meningkatkan aktivitas perguruan yang sudah berlangsung sejak 2002. Salahsatunya, inilah turnamen pertama di luar pemerintah dan Silek Lintau IX Koto mengambil peran itu dengan motto berwisata, bertanding dan berprestasi," pungkasnya.