Pemerintah Harus Jelaskan Alasan Harga Sawit Turun Drastis Kepada Petani

kebun-sawit7.jpg
(astra argo)

Laporan: Bagus Pribadi

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Anggota Komisi II DPRD Riau, Sugianto, mendesak pemerintah mengkaji alasan turunnya harga sawit hingga 25 persen atau Rp 1000 perkilogram.

Sugianto berkata pemerintah perlu menjelaskan kepada masyarakat, terutama petani, penyebab turunnya harga sawit. Menurutnya, berdasarkan harga CPO, harga sawit masih cenderung tinggi dibandingkan saat ini.

"Harga sawit naik turun wajar saja, memang sudah begitu. Tapi janganlah sampai jauh kali seperti ini turunnya, menjerit petani sawit itu. Sudah ada beberapa yang mengadu kepada saya, bertanya ini-itu," katanya kepada riauonline.co.id, Senin, 31 Januari 2022.

Ia menjelaskan turunnya harga sawit juga tak dibarengi dengan penurunan biaya produksi. Lebih jauh Sugianto menjelaskan, harga pupuk masih saja tinggi paling banter menetap, tak berubah turun sama sekali.


"Kalau begini nanti ujungnya, penghasilan masyarakat yang turun dan tidak cukup membeli pupuk, sehingga produksi menurun. Alhasil ekonomi masyarakat semakin terpuruk. Namanya masalah perut itu jadi salah satu yang wajib dan penting," tutur Sugianto.

Perihal kabar turunnya harga sawit karena menyesuaikan subsidi satu harga minyak goreng, Sugianto menampik hal tersebut. Baginya tak seluruh CPO dialihkan ke minyak goreng, melainkan hanya sebagian.

"Berapa persen sih yang untuk minyak goreng? Sementara CPO ada berjuta-juta ton. Harus dihitung itu, jangan semaunya sendiri. Kalau subsidi minyak goreng kan diambil juga dari APBD hasil dari pabrik kelapa sawit, dan yang namanya subsidi pasti dananya ya ada, jangan dicampur adukkan," jelasnya.

Tak sampai di situ, Politikus PKB itu meminta Dinas Perkebunan Riau mengkaji dengan cermat dan memahami ketika pabrik kelapa sawit menetapkan harga sawit.

"Kan ada rumusan untuk menentukan harga, itu coba dihitung benar-benar agar tak jadi masalah bagi petani. Pengkajian itu penting disampaikan ke para petani, agar mereka paham, harus ada publikasi dan soosialisasi," pungkasnya.