Proyek IPAL Tak Tuntas di Tahun 2021, Kontraktor Diberi Waktu Tambahan

IPAL-2021-12.jpg
(Laras Olivia/Riau Online)

RIAUONLINE, PEKANBARU- Pengerjaan proyek Instalasi  Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kota Pekanbaru terus dilaksanakan. Terlihat di sejumlah ruas jalan di Kota Pekanbaru, seperti Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Pekanbaru Kota.

 

Pantauan riauonline.co.id per tanggal 31 Desember 2021, sepanjang Jalan Ahmad Yani masih beroperasi sejumlah alat berat. Para kontraktor masih bekerja di tengah jalan yang ramai dilalui pengguna jalan tersebut.

 

Diketahui, kontrak dua BUMN yang mengerjakan proyek ini telah berakhir pada Desember 2021. PT Wijaya Karya (Wika) dan Hutama Karya (HK), dua BUMN yang mengerjakan proyek pembangunan IPAL di Pekanbaru.

 

Akibat keterlambatan pengerjaan, kedua BUMN ini dikenakan sanksi denda oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR). Mereka juga diberikan penambahan waktu penyelesaian hingga Januari 2022.

 

Hal ini dibenarkan Kepala Balai Prasarana Pemukiman Permukiman Wilayah (PPBW) Riau, Ichwanul Ihsan. Adanya penambahan waktu sesuai Peraturan Menteri Keuangan nomor 184 Tanggal 14 Desember 2021.

 

"Diperbolehkan dilakukan perpanjangan selama 3 x 30 hari dengan ketentuan di bawah denda. Dengan keterlambatan ini, kegiatan kontrak seharusnya selesai akhir Desember ini, masih membenarkan diperpanjang. Kita berlakukan denda itu, sudah kita terapkan,” ungkapnya saat ditemui awak media di Pekanbaru.

 

 

PT Wijaya Karya (Wika) dan Hutama Karya (HK) mentargetkan penyelesaian proyek pembangunan perpipaan air limbah di Pekanbaru akan rampung akhir Januari tahun 2022. Ichwanul kembali memohon maaf dan meminta pengertian masyarakat, khususnya yang terdampak proyek IPAL.

 

Di tempat yang sama, Manager Project PT Wijaya Karya (Wika), Lutfi Bina memaparkan progres pembangunan ipal di area paket SC1. Ia menyebut, saat ini sudah mencapai 96,70 persen. Area pengerjaan berada di Jalan Mangga, Semangka, Durian, Dagang, Bangau, Nanas, Ababil, A Dahlan.

 

"Untuk pembangunan perpipaan air limbah di Pekanbaru untuk paket SC-1 di area kecamatan sukajadi ditargetkan selesai pada akhir Januari 2021," terangnya.

 

Sementara Manager Project PT Hutama Karya (HK), Olan juga mengungkapkan bahwa proyek pemasangan pipa air limbah Paket SC2 akan rampung akhir Januari tahun depan. Ia menyebut, progres saat ini mencapai 94,62 persen. Area pengerjaannya berada di Jalan Cempaka, Cik Ditiro, Ahmad Yani, Teratai, Rajawali, Lily dan Melur.

 

"Dengan progres yang sudah mencapai 94,62 persen, kami targetkan untuk proyek pemasangan pipa air limbah di sektor SC2 akan rampung pada akhir Januari tahun depan," kata Olan.

 

 

Proses pengerjaan proyek IPAL di ruas Jalan Ahmad Yani, Kota Pekanbaru, Jumat 31 Desember 2021/Laras Olivia/RIAUONLINE.

 

Terkait realisasi IPAL di Kota Pekanbaru ini, lebih jauh dijelaskan oleh Kepala Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Riau, Yenny Muhardi. Pekerjaan SC1 yang mencapai 96,70 persen tersebut antara lain, pekerjaan perpipaan dan yang telah terpasang sepanjang 22.168,31 meter. 

 

"Ada juga pekerjaan sambungan rumah 1.000 SR (addendum menjadi 1.130 HI dan 765 GT), serta pekerjaan manhole dan pengembalian Jalan Aspal," paparnya.

 

Sementara unruk pekerjaan SC2, meliputi pekerjaan perpipaan dan yang telah terpasang 15.449,181 meter, pekerjaan manhole, pengembalian jalan aspal. Untuk pekerjaan NC, meliputi pekerjaan perpipaan (PVC, RCP, HDPE) yang telah terpasang 2.908,05 meter, pekerjaan manhole, pengembalian jalan aspal, pekerjaan pumping, station.

 

"Dan pekerjaan B1 meliputi, detail engineering design, konstruksi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Operation/Maintenance," terangnya.

 


Terkait pekerjaan yang belum selesai, saat ini pihak kontraktor telah menyusun target penyelesaian. Di antaranya pekerjaan open trench di Jalan Mangga (Lateral) sepanjang 145,70 meter, selesai pada 29 Januari tahun 2022. Pekerjaan pipa metode boring, Jalan Mangga sepanjang 369,66 meter, ditargetkan selesai 31 Januari 2022.

 

Pekerjaan pengembalian kondisi jalan aspal, di Jalan Semangka sepanjang 416,12 meter, ditargetkan selesai tanggal 9 Januari 2022. Pengaspalan Jalan Mangga (Lateral) sepanjang 197,50 meter ditargetkan selesai 12 Februari 2022, di Jalan Durian 369,96 meter, ditargetkan selesai 30 Desember 21.

 

Di Jalan Dagang 239,01 meter, ditargetkan selesai 29 Desember 21, Jalan Nanas sepanjang 78,31  ditargetkan selesai 8 Januari  2022, Jalan Ababil sepanjang 682,45 meter ditargetkan 8 Januari 2022.

 

Galian Pipa Persulit Kinerja Kontraktor 

 

Kepala Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Riau, Yenny Muhardi menyebut, ada sejumlah kendala non teknis dalam proses penyelesaian proyek. Permasalahan yang terjadi akibat adanya utilitas udara yang bersinggungan dengan lokasi pengerjaan galian berupa terbatasnya ruang gerak alat saat manuver.

 

Selain itu, terdapat pipa PDAM material asbes berusia sekitar 40 tahun di sepanjang jalur perpipaan SC1, SC2, NC yang pecah akibat getaran saat pemasangan pit. Pekerjaan galian pit juga bersinggungan dengan jalur pipa gas.

 

"Kondisi struktur tanah, longsornya galian dan boiling akibat tingginya muka air tanah dengan struktur tanah pasir lepas. Terdapat pula mata air yang menyebabkan masuknya air dalam galian sehingga membutuhkan penanganan cukup lama," paparnya.

 

Selain itu, kata Yenni, area pengerjaan proyek di tengah kota menyebabkan permasalahan kemacetan. Dikarenakan adanya penutupan sebagian jalan dan pengalihan arus lalu lintas akibat pengerjaan proyek perpipaan. Mereka menindaklanjuti dengan rekayasa lalu lintas yang dikordinasikan dengan Dinas Perhubungan dan Satlantas Kota Pekanbaru.

 

Dirinya menyadari banyak keluhan masyarakat terkait pengaspalan jalan. Yenni menyebut, proses pengaspalan tidak bisa segera dipulihkan pasca penggalian. Menururnya, kondisi jalan Kota Pekanbaru sangat rawan terjadi longsor. Ada beberapa ruas jalan yang ambruk. Selain itu, wilayah pengerjaan dekat dengan beberapa drainase.

 

"Belum lagi sampah dari rumah tangga yang menyebabkan tersumbatnya drainase itu. Mudah-mudahan dapat cepat diselesaikan. Namun perlu komitmen juga dari Pemerintah Kota agar semua bisa optimal. Tahun ini Pemko juga menganggarkan konsultan untuk studi kelayakan," paparnya.

 

*Respon dan Keluhan Warga Alkibat Dampak IPAL*

 

Proyek IPAL merupakan kegiatan untuk meningkatkan pelayanan air limbah domestik dimulai sejak 2018 silam. Namun, pembangunannya justru telah merugikan warga dan ekonomi sekitar proyek IPAL.

 

Proses pengerjaan yang memakan waktu lama mengakibatkan rusaknya jalan serta menimbulkan kemacetan. Hal tersebut tentunya menuai pro kontra di masyarakat.

 

Diberitakan sebelumnya, warga di sekitar Jalan Rajawali, Kota Pekanbaru menggelar aksi protes dengan menanam pohon pisang di badan jalan. Mereka menanamnya di tengah jalan yang rusak akibat galian proyek.

 

Warga merasa keberatan dengan kondisi tersebut lantaran kerusakan jalan menganggu aktivitas sehari-hari. Mereka pun meminta agar kontraktor segera memperbaiki ruas jalan rusak. Aksi ini merupakan kali kedua yang dilakukan warga sekitar.

 

"Kami minta pemilik proyek agar segara memperbaiki jalan kami, kami sepakat beri waktu seminggu supaya diperbaiki," terang satu warga, Ade Putra di sela aksi.

 

Tak hanya itu, satu unit mobil Toyota terperosok di Jalan Dagang, Kelurahan Kampung Tengah, Kecamatan Sukajadi. Akibatnya, mobil tersebut mengalami kerusakan di bagian depan dan kebocoran radiator.

 

Berdasarkan kesaksian warga, T Khalil Jaafar, mengatakan bahwa dirinya melihat mobil tersebut pukul 6.30 WIB, Selasa 23 November 2021. Warga juga sempat membantu mendorong mobil tersebut.

 

Ratusan warganet juga mengomentari satu berita di fan page Riau Online. Berita tersebut menarik perhatian warganet karena membahas isu proyek perpipaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Pekanbaru.

 

Satu di antaranya Arizql Ijal. Dia berkomentar "Sangat merugikan masyarakat. Udah Jalan Sudirman ditutup karena PPKM, jalan lain pun macet proses pengerjaan IPAL. Pekanbaru sekarang infrastruktur jalannya tidak layak lagi sebagai madani," tulisnya, Rabu 8 September 2021.

 

Masyarakat menyayangkan progres pembangunan IPAL yang belum rampung. Aktivitas masyarakat menjadi terkendala sebab akses jalan sulit dilewati pengendara. Apalagi musim hujan kerap menimbulkan genangan.

 

Dampak buruk lainnya, dikatakan warganet, jika musim kemarau banyak debu di sekitar jalan. Akibatnya, para pedagang tidak bisa berjualan. Seperti dituliskan Hendra Aini "Pembangunan emang berdampak negatif dan positif, saya pernah tutup jualan kuliner karna debu, orang tidak mau singgah lagi," tulisnya.

 

 

 

 

Mesti Ada Kajian

 

Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) UIR, Muhammad Sofwan, ST, MT mengatakan, suatu proyek pengerjaan infrastruktur mestinya ada kajian lengkap. Kajian terhadap dampak lalu lintas dan dampak lingkungan. Baik itu saat pengerjaan maupun pasca pengerjaan.

 

"Harusnya dengan adanya analisis dampak lalu lintas (andalalin), dampak dari pengerjaan bisa diminimalisir. Jika memang ada, maka ini harus dilaksanakan, karena analisis tersebut menjadi pedoman," terang Sofwan saat dihubungi riauonline.co.id.

 

Lebih lanjut dijelaskannya, pengerja proyek mesti bisa berkoordinasi secara baik dengan pemerintah kota. Sehingga, masyarakat yang melintas maupun berada di sekitar lokasi pengerjaan tidak merasa dirugikan.

 

"Ada banyak dampak. Dari waktu pengerjaan yang lama sehingga masyarakat terganggu, baik itu hunian, pemukiman, fasilitas publik hingga pengguna jalan. Belum lagi debu, genangan air. Apalagi menyebabkan perekonomian warga sekitar menjadi terganggu," paparnya.

 

Dengan adanya andalalin, kata Sofwan, pemerintah kota melalui Dishub maupun Polantas bisa membuat rekayasa lalu lintas. Mereka bisa membuat skema pengalihan arus. Masyarakat juga bisa tahu kapan dan berapa lama waktu pengerjaan.

 

"Dengan rekayasa lalu lintas, memungkinkan masyarakat tetap bisa mengakses jalan dengan lebih terarah dan lebih nyaman. Tentunya mesti ada sosialisasi dan pemberitahuan dari pemerintah terkait pengerjaan proyek IPAL ini," ulasnya.

 

Ia menilai bahwa selama ini belum ada upaya untuk mengalihkan arus atau sosialisasi kepada masyarakat. Masyarakat masih bingung untuk rute jalan alternatif. Hal tersebut yang menyebabkan macet dan antrean di jalan sempit.

 

"Pengerja proyek bisa optimalkan sumber daya yang ada. Koordinasi dari semua sektor, baik itu pemerintah kota, pemerintah provinsi, maupun pemerintah pusat. Jangan sampai lamanya pengerjaan bisa menimbulkan masalah baru," pungkasnya.