Jatuh Bangun Leani Ratri Raih Prestasi

ayah-ibu-atri.jpg
(riyan nofitra)

RIAUONLINE, KAMPAR - Leani Ratri Oktila sedang hangat diperbincangkan masyarakat Indonesia atas prestasinya di Paralimpiade Tokyo 2020.

Namun kesuksesan yang diraih Leani tidak mudah, pernah jatuh usai terlibat kecelakaan pada tahun 2011, Leani kembali bangkit hingga harumkan nama bangsa di kancah dunia.

Atas prestasinya, Leani Ratri diganjar bonus tidak sedikit dari pemerintah. Ia menerima Rp13.5 miliar dari Presiden RI Joko Widodo.

Leani Ratri merupakan anak pasangan petani Mujiran dan Gina Oktila, di Dusun Karya Nyata, Desa Siabu, Kampar, Riau.

Masa kecilnya dihabiskan di kampung halaman di Kampar hingga menginjak bangku SMA. Leani mulai mengenal bulu tangkis sejak duduk di bangku sekolah dasar pada 2003 silam.

Bakatnya bahkan sudah terlihat sejak masih balita, saat ayahnya selalu kehilangan raket dimainkan Leani kecil.

“Dulu saya sering kehilangan raket, taunya dimainin sama Atri," kata Mujiran, saat ditemui di rumahnya, Desa Siabu Kampar, Rabu, 7 September 2021.

Raihan prestasi tak terlepas dari dorongan dan semangat sang ayah.

Sejak kecil, Atri sapaan akrabnya di rumah, hanya dilatih secara mandiri oleh ayahnya Mujiran.

Bakatnya tercium oleh guru olahraganya di sekolah saat 2003. Leani kerap diutus bertanding bermain bulu tangkis tingkat pelajar.

Prestasinya di tingkat pelajar terus diraih hingga bangku SMA. Puncaknya, diutus untuk mewakili Riau pada pagelaran olimpiade siswa atau O2SN di Jakarta pada 2010.



Namun harapan keluarga seolah pupus saat Leani terlibat kecelakaan sepeda motor pada tahun 2011.

Kecelakaan membuat kaki kiri dan tangan kanannya patah. Ia divonis memiliki keterbatasan permanen.

Atas pertimbangan kesehatan, kedua orang tua pun melarang Leani bertanding.

Dibalik keterbatasan fisik, semangatnya tetap menggelora.

"Atri semangatnya lebih tinggi dari pada saya, Atri gak tega lihat saya menangis. Saya melarang, tapi Atri bangkit dengan sendirinya."

Tanpa sepengetahuan orang tua, Leani ternyata terus belatih di Pekanbaru.

Hingga akhirnya terpilih mewakili Provinsi Riau pada ajang Peparnas 2012 silam.

Tak disangka, Leani sumbang medali emas untuk Riau.

Orang tua baru tahu Leani masih bermain badminton saat ia menyerahkan medali emas kepada sang ayah.

"Semangatnya gak pernah luntur. Saya tidak izinkan main, tapi Atri semangatnya luar biasa," ujar Mujiran.

Prestasi Leani jadi semangat bagi adik-adiknya yang juga tengah menekuni badminton. Ia boyong adik ke Pekanbaru bergabung di klub untuk berlatih.

Pada tahun 2013, Leani  kemudian bergabung dengan komite paralimpiade nasional Indonesia, NPC.

Di NPC inilah 'lompatan' Atri kian tinggi, Leani terus berlatih dan bekerja keras. Ikut turnamen nasional dan internasional hingga akhirnya mengharumkan nama bangsa dengan torehan dua medali emas dan satu medali perak di Paralimpiade Tokyo 2020.

Pada Paralimpiade Tokyo 2020, Leani Ratri meraih medali emas pertama di nomor ganda putri bersama pasangannya Khalimatus Sayidah usai menumbangkan pasangan China Cheng Hefang dan Ma Huihui.

Medali emas kedua diraih saat turun di nomor ganda campuran dengan pasangannya Hery Susanto dengan menumbangkan pasangan Prancis Lucas Maszur dan Faustina Noel.

Leani juga berhasil menembus final di nomor tunggal putri, sayang dia kalah dari wakil China Cheng Hefang dan berhak atas medali perak.

Raihan medali emas ini bahkan menjadi yang pertama bagi kontingen merah putih dalam 41 tahun keikutsertaan di ajang paralimpiade.

Mujiran tak pernah menyangka, putrinya yang sempat jatuh tapi bangkit dengan semangat yang lebih tinggi.

"Tidak bisa dibilang dengan kata-kata, sulit untuk ungkapkan dengan kata-kata, gak mungkin rasanya anak saya ini bisa mendunia. mudah-mudahan ia lebih pandai berpikir, pandai menjaga adek-adek karena saya sudah tua," kata Mujiran.