Mardianto Kecewa Salat Idul Fitri Dilarang tapi Asia Heritage Malah Bikin Kerumunan

Mardianto-Manan2.jpg
(Sigit Eka Yunanda/Riau online)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Anggota Komisi IV DPRD Ria sekaligus Pengamat Perkotaan, Mardianto Manan Mengecam Walikota Pekanbaru, Firdaus sekaligus Gugus Tugas Penanganan Covid 19 Riau yang membiarkan objek pariwisata seperti Asia Heritage tetap buka bahkan menimbulkan kerumunan.

 

“Kita mengecam walikota dan Satgas Covid-19 agar bertindak adil lah. Jangan dibiar-biarkan saja. Seperti politik belah bambu saja yang sedikit diangkat, yang banyak dipijak,”

 

Menurut Mardianto apa yang terjadi ini secara tidak langsung melukai perasaan umat islam yang pada hari raya Idul Fitri lalu tidak diperbolehkan mudik bahkan tidak bisa melaksanakan shalat Idul Fitri. 



 

“Orang mau menyembah Allah, shalat Idul Fitri saja difoto dan dicurigai, bahkan yang PNS diancam akan diberhentikan. Tetapi para borjuis yang bisa membayar boleh buka. Kok suka-sukanya saja di negeri ini,” Ungkapnya kesal.

 

Dibandingkan dengan pelaksanaan shalat Idul Fitri lalu yang disyaratkan protokol kesehatan ketat di daerah yang diperbolehkan pelaksanaannya, apa yang terjadi di Asia Heritage ini justru membuat protokol kesehatan terlihat seperti omong kosong.

 

“Ini terbuka dan terang benderang mempertontonkan itu. Tanpa protokol kesehatan,” ungkapnya lagi.

 

Ia menegaskan agar Walikota Pekanbaru segera melakukan tindakan tegas dan tidak melakukan pembiaran karena hal tersebut diatur di KUHP. Pun demikian dengan Satgas Covid agar melakukan tindakan tegas. Hal ini termasuk oleh Gubernur kepada Walikota.

 


“Gubernur juga harus menegur Walikota Pekanbaru sebagai bawahannya karena sebagai perpanjangan negara kan Gubernur itu,”

 

 

 

 

 

Mardianto melihat Walikota Pekanbaru meski sempat menjadi kota pertama yang mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pertama di Riau, belakangan terkesan abai dalam penanganan Covid-19.

 

“Walikota sejauh ini terlihat cuai dan lalai terhadap penanganan Covid 19 di Pekanbaru ini, santai saja diam dan tidak berbuat apa-apa,” katanya.

 

Mardianto mengintakan agar hal ini jangan sampai menjadi api dalam sekam yang akan membesar sewaktu-waktu. Bisa jadi ada kelompok-kelompok yang akan melakukan class action. Ia khawatir bahkan ada yang tidak melakukan jalur hukum. 

 

“Jika Ditutup dan dirusak oleh massa malah lebih heboh lagi,” ia mengingatkan.  

 

Tak Pelak kondisi yang terjadi di Asia Heritage ini membuatnya menduga ada yang tidak beres dengan masalah perizinan.

 

“Jangan-jangan izinnya tidak ada atau dibuat serampangan. Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) tidak ada, atau Amdal Lalu Lintas tidak ada,” jelasnya.

 

Kecurigaan ini disebut Mardianto disebut karena Asia Heritage yang notabenenya berada di perlintasan jalan Pekanbaru-Minas ini menyebabkan Kemacetan hingga lima kilometer akibat proses buka tutup kendaraan yang akan keluar atau masuk ke wahana wisata tersebut.