Tugu Bahenol, Tugu Roda Terbang dan Belasan Tugu Terbuang Sia-sia

Tugu-Roda-Terbang.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU – Pembangunan tugu roda terbang yang dicanangkan Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru menimbulkan kritik dan kecaman.

Pasalnya, ditengah pandemi Covid-19 ini, memaksa semua pihak melakukan efisiensi. Rencana yang tidak memiliki manfaat langsung kepada masyarakat dinilai hanya menghamburkan uang.

Pembangunan tugu ini nantinya akan dibangun di kawasan pusat perkantoran Walikota Pekanbaru di Tenayan Raya. Pengamat Perkotaan Universitas Islam Riau (UIR), Mardianto Manan menilai, rencana pembangunan tugu roda terbang ini sama sekali tidak mencerminkan melayu dan islam yang seharusnya ada di diri Kota Pekanbaru.

“Kota Pekanbaru ini kan kota Melayu, dunia Melayu yang identik dengan Islam. Sedangkan tugu-tuguan itu tidak identik dengan Islam. Kita ini pernah jadi pusat budaya Melayu se-Asia Tenggara. Kalau bikin tugu-tugu terus, ke mana larinya? Kok rasa-rasa ke Tiongkok jadinya kita," katanya.

Mardianto menambahkan, situasi masih dimasa pandemi Covid-19 seperti ini, semua pihak sedang merampingkan anggaran. Semua dipangkas. Terus Walikota Pekanbaru dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) malah mau bangun tugu yang tidak tau maknanya apa.

Hasil gambar untuk tugu tarian rakyat di depan kantor gubernur riau


Tugu Zapin di Depan Kantor Gubernur Riau kerap diplesetkan dengan nama tugu Bahenol/detik foto

Pengamat sekaligus Politisi PAN ini juga mengatakan jumlah tugu di Pekanbaru sudah sangat banyak. Usai dibangun, tugu-tugu tersebut justru tak dirawat yang malah merusak nilai estetika kota. 

"Belasan tugu kita punya terbuang sia-sia saja kan? Tugu Batik di dekat Akap sana sudah pudar. Tugu Selamat Datang di simpang SKA sudah tumbang, entah ke mana pindahnya lagi. Tugu Pesawat udah terbang pula, udah pensiun. Tugu Keris menghujam ke bumi katanya salah pula kemarin itu. Belum lagi Tugu Bambu Runcing, Tugu Bahenol di depan kantor gubernur. Tidak ada urgensinya tugu-tugu ini," ujarnya.

Lebih lanjut, Mardianto mengungkapkan, harapan hanya tinggal pada pihak legislatif. Sebab, wacana eksekutif akan disambut oleh legislatif baru kemudian bisa dijalankan. Kalau pembangunan ini belum masuk APBD, wacananya bisa dibatalkan. Ia berharap kepada DPRD Kota Pekanbaru.

“Nanti kita jadi tahu mana dewan yang pro rakyat, mana yang pro proyek," ungkapnya. 

Mardianto juga menjelaskan, apabila pembangunan Tugu Roda Terbang di Kota Pekanbaru dimaksudkan sebagai simbol cita-cita menjadi smart city, maka tujuan tersebut salah kaprah.

Sebab menurutnya, konsep smart city ada di alam pikir masyarakat serta bermain pada teknologi digital macam Android. Bukan fisik nyata seperti tugu dan sebagainya. 

"Kalau fisik nyata, kita kembali seperti zaman primitif. Patung-patung itu primitif itu," pungkasnya.