RIAU ONLINE, PEKANBARU-Pukul empat pagi, Sumeri dan rekan-rekannya menunggu di depan pull parkiran kendaraan pengangkut sampah DLHK Pekanbaru di jalan Rawamangun, Tangkerang Labuai.
Pagi-pagi sekali para buruh ini kembali lagi ke tempat mereka biasa memulai bekerja setelah tidak lagi diperkerjakan selama satu bulan seiring kontrak pengelolaan sampah DLHK Pekanbaru yang mandek.
Sumeri menyebut ia dan rekan-rekannya hanya ingin kembali bekerja lagi, dan pagi ini mereka menagih janji tersebut.
Eks Buruh supir dan pengangkut sampah DLHK blokade pull kendaraan DLHK/ Sigit Eka Yunanda.
"Kami hanya ingin kembali bekerja, melanjutkan hidup, menafkahi anak istri kami," ujar Sumeri.
Sumeri sempat tercekat saat menyebut anak istri. Menjadi pengangkut sampah mungkin bukanlah pilihan bagi banyak orang. Tapi dengan cara inilah Sumeri dan teman-temannya selama ini menafkahi anak istrinya.
"Dibayar telat sehari dua hari juga tidak apa-apa, kami hanya ingin kembali bekerja," ujar Sumeri pasrah, seolah keadaaan memang tak pernah berpihak padanya saat berhadapan dengan penguasa.
Eks Buruh supir dan pengangkut sampah DLHK blokade pull kendaraan DLHK/ Sigit Eka Yunanda.
Tak sedikit dari para pekerja ini telah bekerja lebih dari sepuluh tahun. Bahkan beberapa pekerja justru tak punya jaminan dana darurat.
"Kalau ada yang masih kontrak rumah bisa-bisa diusir, kalau ada yang kredit motor bisa-bisa ditarik dealer," ujar pekerja lain.
Kondisi para pekerja ini disebut semakin sulit pasca swastanisasi dilakukan. Beban kerja yang semakin meningkat justru tak dibarengi dengan peningkatan upah yang layak.