Coba Tebak, Apa yang Ngak Dicari Tapi Mudah Ditemukan di Pekanbaru?

Afrianto-Silalahi2.jpg
(WAYAN SEPIYANA/Riau online)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Tumpukan sampah yang terjadi sejak akhir tahun 2020, dan memasuki awal 2021, membuat warga Kota Pekanbaru dirugikan. 

 

Mulai dari pedagang di pasar, pedagang bakso kuah, pemilik kios seluler, pemilik usaha bordir, parfum, sampai salat warga pun terganggu dengan aroma bau sampah, serta adanya ulat (belatung). 

 

Tumpukan sampah yang ada, membuat warga Kota Pekanbaru resah, gelisah, dan khawatir akan tumpukan sampah yang di sebagian tempat juga belum diangkut. 

 

Nah, pada edisi Podcast Riau Online, Selasa, 26 Januari 2021, Afrianto Silalahi seorang photografer menyampaikan kegelisahannya, kritikan, dengan cara seni mengkritik menggunakan foto kritik, melalui tumpukan sampah yang ada. 

 

Lalu, bagaimana Afrianto Silalahi menyampaikan kritikannya melalui karya seni foto, maupun video yang diunggah pada youtube dan media sosialnya ?

 

Afrianto menyampaikan kegelisahan akan tumpukan sampah itu ada pada masing-masing pribadi, yang juga bertanya-tanya, kenapa ada tumpukan sampah di setiap gang maupun jalan di Kota Pekanbaru. 



 

Ia melanjutkan, setelah kegelisahan itu muncul, barulah kita menyampaikan seni mengkritik sesuai dengan hobi maupun passion kita. 

 

"Sebenarnya gak sibuk, ya karena sampah itu gak dicari juga nemu, sudah satu bulan lebih, dari akhir tahun 2020, sampah sangat seksinya, sampai sekarang, sampah itu ya merasa keluar dari gang atau jalan manapun melihat tumpukan sampah, ada temen mau beli parfum malah cium bau sampah," kata Afrianto Silalahi, Selasa, 26 Januari 2021, di acara ROLCAST.

 

Seni foto sebagai sarana dan media kritik kita terhadap persoalan sampah, sesuai dengan cara yang ingin kita sampaikan. 

 

"Tentunya kita harus sepakat dulu seni itu "cara" bukan sebuah karya seni, karena kalau dibungkus dalam karya seni masih belum, karena kalau seni kritik itu bisa berexplore sesuai kemampuan kita, karena adanya kegelisahan pribadi dulu," ujarnya. 

 

Menurutnya, kegelisahan akan tumpukan sampah ini melalui karya seni foto, maupun dengan seni musik yang sesuai dengan pribadi kita.  

 

"Gak cuma kita bicara tentang foto, banyak orang bisa musik mengkritik lewat musik, sama juga dengan foto, gak semua juga orang foto punya kegelisahan akan itu hal yang sama, sampah biasanya sih, foto sampah, nyium bau sampah aja gak enak," ungkapnya. 

 

Ia pun mengatakan memang foto sampah tidak menarik untuk di foto. Menurutnya, inilah hal yang menantang, karena keresehan kita tiap pribadi dulu untuk bertanya tentang kenapa ada tumpukan sampah.

 

"Karena foto sampah kalau dilihat tidak menarik, satu tantangan sendiri. Keresahan, tiap pribadi kita yang pasti, kenapa sih kayak gini, apa sih masalahnya," katanya. 

 

Walaupun kegelisahan kita bukan untuk mencari suatu solusi, tapi kita bertanya dulu kenapa, kenapa harus bertumpuk sampah disini. "Ada ternyata masalah sampah karena pengangkutan atau apa gitu, ya tergantung kita masing-masing keresahannya dimana dulu, kalau kita gak resah ya biasa aja," pungkasnya.