Tidak Hanya Pengangguran, Dampak Pandemi Buat Angka Perceraian Meningkat

cerai.jpg
(Mojok.co)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Sebelas bulan lamanya pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Kota Pekanbaru juga tidak lepas dari berbagai dampak pandemi ini.

Wakil Wali Kota Pekanbaru, Ayat Cahyadi memandang bahwa pandemi Covid-19 tidak saja mengakibatkan tingginya angka pengangguran, tapi juga perceraian.

Ayat menilai kondisi ini karena melemahnya roda perekonomian. Hal ini tentu berdampak ke masalah sosial dan berlanjut ke ketahanan keluarga.

"Pemerintah telah menetapkan pandemi corona sebagai bencana non alam yang telah memberikan dampak yang signifikan kepada kita semua. Banyak orang kehilangan pekerjaan," terangnya, Senin 25 Januari 2021.



Apapagi PHK semakin ramai terlebih dengan adanya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) guna memutus sebaran wabah. Kebijakan itu membuat banyak karyawan yang dirumahkan hingga kena PHK.

"PSBB ini berdampak pada ekonomi. Ketika banyak hotel, pertokoan, dan pusat perbelanjaan yang tutup, maka mulai banyak pengangguran," ungkapnya.

Lanjut Ayat, dengan adanya PHK, memicu perekonomian warga terganggu sehingga menjadi salah satu penyebab melonjaknya angka perceraian. Meningkatnya angka perceraian ini disampaikan hampir terjadi di seluruh negara.

"Akhir-akhir ini, saya mencari tahu hubungan virus corona dengan perceraian. Ternyata akhir-akhir ini angka perceraian cukup tinggi," ujarnya.

Berdasarkan data yang ia himpun, dominan istri menggugat cerai para suami. Mereka menggugat cerai lantaran suami tidak lagi berpenghasilan setelah kena PHK perusahaan.

Demi meminimalisir meningkatnya angka perceraian khususnya di Kota Pekanbaru, Ayat mengajak para ustadz bisa menyampaikan ceramah agama, bagaimana menjaga keutuhan rumah tangga. Ceramah para ustadz membuat pasangan suami istri tetap mesra di masa pandemi corona ini.