RIAUONLINE, PEKANBARU - Gunungan akibat tumpukan sampah di Kota Pekanbaru mengganggu aktivitas masyarakat, persoalan serius ini terjadi sejak akhir tahun 2020, dan memasuki awal tahun 2021.
Banyak pihak dirugikan karena adanya tumpukan sampah ini, seperti pedagang bakso kuah, pedagang buah dan sayur-sayuran, pemilik kios seluler, bahkan pihak jasa bordir juga menjadi korban atas sengkarut pengelolaan sampah.
Permasalahan pengelolaan sampah di Kota Pekanbaru hingga membuat aparat berwajib melakukan penyelidikan kepada pihak-pihak yang bertugas dan bertanggung jawab, seperti Kadis DLHK Pekanbaru, hingga jajarannya.
Bahkan, sempat beredar surat tender sampah yang gagal, membuat masyarakat Kota Pekanbaru bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dibalik sengkarut pengelolaan sampah ini ?
Hasil pantauan RIAUONLINE, di lokasi Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Pasar Selasa (Simpang Baru) Panam, pertanggal Minggu, 24 Januari 2021, terjadi penumpukan sampah, bahkan kurang lebih sudah seminggu menumpuk.
Sampah yang menumpuk di TPS Pasar Selasa (Simpang Baru) Panam, menimbulkan aroma bau busuk menyengat, bahkan ulat atau belatung yang muncul akibat sudah lama tidak diangkut, serta adanya endapan air.
Beberapa warga yang beraktivitas di Pasar Selasa (Simpang Baru) Panam, merasa sangat terganggu dengan adanya aroma bau menyengat. Bahkan, saat melakukan kewajiban salat, harus mencium aroma sampah.
Belatung di parit di halaman Musala Pasar Selasa/WAYAN SEPIYANA/Riau online
Musala ukuran kecil 2 x 2 meter itu tepat berhadapan dengan tumpukan sampah. Warga yang beraktivitas di Pasar Selasa (Simpang Baru) Panam, silih berganti memasuki ruangan Musala untuk salat.
Sejumlah warga mengatakan terganggu saat sholat karena harus mencium aroma sampah yang menyengat, bahkan lalat, atau ulat (belatung) hampir masuk ke ruangan Musholla.
Suparni menyampaikan, saat melakukan sholat di Musholla terganggu dengan adanya tumpukan sampah yang membuat aroma bau menyengat.
Ia bahkan melihat ada belatung yang hampir sempat masuk ke ruangan Musala, serta ada juga kadang-kadang lalat yang masuk.
"Ya, terganggu, karena bau sampah, aromanya weh...menyengat sekali," kata Suparni, kepada RIAUONLINE, Minggu, 24 Januari 2021.
Katanya, melanjutkan terkadang sempat masuk lalat, ulat belatung yang merayap hampir sempat masuk ke ruangan Musala.
"Kadang-kadang ada lalat yang masuk, kadang gak, tapi ulat atau belatung merayap hampir sempat masuk, merayap di parit-parit itu," ujarnya.
Ia juga khawatir akan kondisi kesehatan warga, jika tumpukan sampah tidak segera diangkut oleh pihak terkait.
"Bisa aja kesehatan kita terganggu, seperti makan gak enak, baunya itu buat muntah, gak nyaman," keluhnya.
Ia pun berharap agar segera diangkut tumpukan sampah ini secepatnya. "Pengennya sampah cepat diangkat, dibersihkan, secepatnya, biar enak aja," pungkasnya.
Sementara itu, ada kemungkinan lelang pengelola angkutan sampah baru tuntas pada pertengahan Februari 2021. Masalah tumpukan sampah pun bisa saja terjadi hingga pertengahan bulan depan.
"Awalnya kita harapkan Februari pengelola baru sudah bekerja, tapi ulang lelang ini bisa memakan waktu seminggu hingga dua minggu. Paling cepat tuntas pada pertengahan Februari," jelas Firdaus kepada awak media.
Ia menuturkan, pemerintah kota sempat memasang target agar di akhir Januari 2021 sudah ada pihak yang menandatangani kontrak angkutan sampah. Sayangnya proses lelang yang sedang berjalan juga batal.
Akibatnya, sejak awal Januari 2021 sampah kian menumpuk di penjuru kota Pekanbaru. Penjemputan sampah dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak tepat jadwal.
Pembatalan kontrak kerja ini tertuang dalam surat Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru nomor 660.2/DLHK-I/2021/32 tertanggal 19 Januari 2021 yang beredar.