Kisah Agus Parson, Penjual Buku Legendaris di Perempatan Jalan Pasar Kodim

parson.jpg
(laras)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Sore hari di perempatan jalan, pria paruh baya itu tengah melayani pembeli yang datang ke lapak buku bekas miliknya. Dua mahasiswa berkerudung sibuk mencari-cari buku soal untuk murid sekolah.

Namanya Agus Parson, dengan sigap ia ikut memeriksa setiap buku yang ada di gerobak miliknya. Demi mendapatkan apa yang dicari oleh pembeli, ia juga membongkar stok buku yang ada dalam kardus.

Usai mendapatkan apa yang dicari pembeli, Agus Parson tampak sumringah. Ia lantas merapikan kembali tumpukan-tumpukan buku. Bermacam jenis buku dijualnya, ada komik, novel, buku pelajaran, buku agama, buku soal-soal, bacaan anak dan banyak lagi.

Harga buku yang dijualnya berkisar Rp 5 ribu hingga Rp 40 ribu. Buku-buku ini dihargai berdasarkan ketebalan buku, hard cover atau tidak, dan kondisi fisik buku tersebut.

Kepada Riau Online, Agus bercerita sudah menjual buku bekas sejak tahun 90-an. Ia memilih lokasi berjualan di perempatan Jalan Sultan Alamuddinsyah atau simpang Pasar Kodim Pekanbaru.

"Sudah buka lapak buku bekas sejak tahun 90. Dari dulu sampai sekarang tidak henti-hanti. Lokasi di sini ramai orang berlalu lalang, dari mana saja bisa kelihatan," katanya ramah.



Buku-buku itu ia dapatkan dengan mencari ke grosiran, ada dari orang pindahan, atau koleksi buku orang yang hobi membaca. Ia juga menjual buku koleksi anaknya dulu yang sudah tamat sekolah.

Setiap hari ia berangkat dari rumahnya yang beralamat di Jalan KH. Wahid Hasyim. Mengendarai sepeda motor, ia sampai di lokasi berjualan sekitar pukul 08.00 WIB.

Biasanya Agus selesai berjualan pukul 17.00. Buku-bukunya tidak dibawa pulang ke rumah, melainkan ia titipkan di gudang kecil di belakang toko sepatu. Gudang itu tidak jauh letaknya dari lapak buku bekas milik Agus.

Untuk menitipkan buku-buku dan gerobaknya, Agus harus membayar Rp 50 ribu setiap bulan kepada pemilik toko. Gudang tidak terlalu besar, hanya muat untuk menyimpan gerobak dan buku-buku.

"Pas-pasan saja, cuma ya kebetulan aja bisa dikunci dan ditutup. Kalau hujan ya basah juga kadang," imbuhnya.

Jika hari hujan, Agus hanya menutup lapak buku bekasnya dengan terpal plastik.

Dirinya juga senang membaca buku. Ketika sedang tidak melayani pembeli, Agus membaca buku yang ia senangi. "Saya baca tergantung mood dan bukunya juga. Kalau ada yang bagus menurut saya ya dibaca. Senangnya saya baca buku soal motivasi untuk dunia akhirat," imbuhnya.

Ia mengaku ada kesenangan lain saat menjual buku bekas. Menurutnya, ada rasa kepuasan ketika mendapatkan buku yang dicari oleh pelanggannya.

"Saat menjual buku, selain dapat uang saya bisa baca buku juga. Apalagi kalau pembeli dapat buku yang dicarinya kan saya jadi ikut senang," kata Agus.