Isu Kanker Mulut dan Kesadaran Beragama Buat Risma Berhenti Jual Terompet

Terompet-Tahun-Baru.jpg
(INTERNET)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Salah seorang pedagang terompet, Rismawati memutuskan untuk tidak lagi berdagang terompet di malam tahun baru 2020 karena kurangnya peminat terompet saat ini.

Risma yang biasa berdagang di jalan Jenderal Sudirman, Duri, Mandau ini menjelaskan, ada berbagai faktor yang membuat tingkat minat terompet menurun sejak dua tahun belakangan.

Yang pertama, kata Risma, merebaknya isu tentang bahaya meniup terompet hingga mengakibatkan kanker mulut juga menjadi alasan utama dia enggan menjual terompet lagi.

"Logikanya kan betul juga, mereka yang membuat meniup, kemudian kita yang menjual sudah mencoba, nanti calon pembeli juga mencoba, sudah berapa yang meniupnya," kata Risma, Selasa, 31 Desember 2019.

Kemudian, isu agama juga turut menjadi faktor lesunya minat masyarakat terhadap terompet di malam tahun baru, apalagi potongan-potongan video ceramah tentang hukum meniup terompet viral di media sosial.



"Yang paling banyak membeli terompet itu kan orang muslim, sekarang muslim tidak berminat dan mulai sadar kalau itu bukan bagian dari akidah kita, lebih baik dzikir di mushalla atau masjid. Bagus juga begitu," tuturnya.

Risma yang mulai berdagang terompet sejak tahun 2009 ini menambahkan, setiap tahunnya omzet penjualan terompet memang terus menurun setiap tahunnya dan puncaknya pada tahun 2010.

"Saya ingat 2010 dulu, tenda saya saja sudah seperti pasar malam. Satu malam saya bisa jual 1000 terompet. Kalau sekarang susah mencapai segitu," pungkasnya.

Hal yang sama juga terjadi dengan dagangan aksesoris tahun baru lainnya seperti mercon dan kembang api.

Sementara itu, salah seorang pengrajin terompet di Pekanbaru, Maman mengakui permintaan suplai terompet tiup menurun setiap tahunnya semenjak tahun 2016.

Faktor terbesarnya menurut Maman adalah keberadaan terompet jenis pencet yang biasa dipakai oleh supporter bola jika menonton bola di stadion, ditambah dengan cuaca yang tidak menentu menjelang malam tahun baru.

"Dulu sebelum 2016 saya bisa produksi 15 ribu terompet setiap akhir tahun, tapi sekarang hanya 2 ribu saja," pungkasnya.