LAM Riau Klaim Riau Bebas Asap Jasa Jokowi, Azlaini: Justru Pemda dan TNI Berjasa

Kartun-Asap-Jokowi.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pemberian gelar adat dengan nama Datuk Seri Setia Amanah kepada Presiden Joko Wiidodo (Jokowi) oleh Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) karena Jokowi dianggap berjasa.

Lalu benarkah Jokowi berjasa bagi Riau dengan tiga jasa seperti diklaim oleh Ketua Harian DPH LAM Riau, Datuk Seri Syahril Abubakar, saat meminang di Istana Negara? 

Tokoh masyarakat Melayu Riau, Hj Azlaini Agus, SH, MH, justru berpendapat sebaliknya. Pertama, jelas perempuan terkenal dengan kekritisanya ini, menurut Syahril Abubakar, Jokowi berjasa menanggulangi asap, sehingga 3 tahun terakhir Riau tidak menderita gangguan asap.

"Tindakan Jokowi tersebut bukan dilakukan untuk Riau saja, tetapi itu program pemerintah menanggulangi bencana asap di seluruh daerah, terutama Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan, selama 5 tahun terakhir produsen asap, gara-gara pembukaan lahan perkebunan secara besar-besaran," kata Hj Azlaini Agus, Kamis malam, 6 Desember 2018. 

Jadi, tuturnya, bebasnya Riau dari asap tidaklah dapat dikatakan sebagai jasa Jokowi bagi untuk Riau, melainkan program pemerintah secara nasional.

Selain itu peran Pemprov Riau dan beberapa Pemkab di Riau termasuk dukungan penuh Danrem dan personil TNI, sejak 2015 dan 2016, ternyata sangat efektif menanggulangi asap di 2017 dan 2018.

"Para prajurit TNI dan relawan yang siaga 24 jam di sekitar titik-titik api, bahkan mereka tidur dekat-dekat titik api, di bawah koordinasi Forkopimda dan Kepala dan Satuan BPBD Riau. Jadi penanggulabgan asap bukanlah program Jokowi untuk Riau semata," tegas mantan anggota Komisi III DPR RI tersebut. 



Sebelumnya, Ketua Harian LAM Riau, Syahril Abubakar, mengklaim karena Jokowi-lah, maka Riau sejak tiga tahun terakhir tak lagi menderita akibat asap atau jerebu. 

Ia menilai, sejak Jokowi menjabat presiden, persoalan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan, selama 17 tahun terakhir selalu menyelimuti Riau, dapat ditangani dengan baik.

"Lebih-kurang 17 tahun lamanya masyarakat adat Melayu Riau dan masyarakat Riau pada umumnya, tuan gubernur, didatangi oleh asap. Jerebu bahasa Melayunya. 17 tahun lantas Tuan Presiden mengambil kebijakan bahwa jangan lagi asap antara lain di Provinsi Riau. Alhamdulillah sudah 3 tahun terakhir ini, sebagaimana yang kita ketahui, ini asap sudah tak ada lagi di negeri kami. Ini hal-hal yang menjadi dasar," kata Syahri setelah bertemu dengan Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 5 Desember 2018.

Faktanya, pada tahun 2015-lah asap pembakaran hutan dan lahan terparah sejak tahun 1997 silam mengakibatkan setidaknya tiga warga Riau meninggal dunia akibat paparan asap tebal kiriman Sumatera Selatan. 

Seperti dialami anak perempuan seorang wartawan di Pekanbaru bernama Hanum (Baca: Selamat Jalan Hanum, Gadis Kecil Korban Ganasnya Asap Riau)

Tak hanya itu, gara-gara asap di tahun tersebut, LAM Riau malah mengajak semua tokoh masyarakat di SUmatera dan Kalimantan bersatu (Baca: LAM Riau Ajak Tokoh Sumatera Dan Kalimantan Bersatu)

Selama dua tahun Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Provinsi Riau, 2015 dan 2016, telah melayang dua nyawa prajurit TNI AD yang tergabung dalam misi pemadaman. (Baca: Dua Prajurit Tewas Dalam Misi Padamkan Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Riau)

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id