Berkah Luapan Air Sungai Siak untuk Fadli

Meneybarangkan-warga-di-tengah-banjir.jpg
(Azhar Saputra)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Genangan air yang tak menentu, hingga melebihi ketinggian 1 meter masih menghantui warga RW 11 kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai, Pekanbaru.

Namun kondisi ini justru membawa berkah bagi bocah berusia 14 tahun ini. Namanya Michael Efendi, ia tengah bersekolah di salah satu SMP swasta di Pekanbaru.

Bencana tahunan ini merupakan kesempatan dirinya untuk dapat mengais rezeki. Setidaknya, dalam sehari dirinya sudah mampu mengantongi uang senilai Rp 20-Rp40 ribu.

Uang tersebut dihasilkannya dari membantu para warga yang ingin menyebrang dari luar menuju perkampungan yang terendam banjir. Atau sebaliknya.

"Hari ini dapat Rp 40 ribu Om. Tapi tak tentu juga," sebutnya sambil mendorong sampan yang tertulis milik BNPB, Sabtu, 24 November 2018.

Dengan bantuan boat berwarna jingga bantuan pemerintah untuk keperluan warga, Efendi memanfaatkan kesempatan tersebut. Berkat restu dan izin dari RW setempat, sampan tersebut didorongnya mengelilingi perkampunganan yang terendam demi memenuhi permintaan warga.

Ada yang membawa kendaraan roda dua, sepeda, baju-baju bahkan mengangkut masyarakat yang tak menginginkan kejadian luapan air sungai tersebut kembali terulang.

"Saya bawa perahu ini untuk membawa warga dan barang untuk keperluan kerja warga lain. Biasanya itu om," jelasnya kembali.


Agar tidak susah dan ingin berbagi dengan teman sepermainannya, Efendi tidak sendiri. Siswa kelas 8 ini mengajak serta dua rekannya. Idam Kholik dan M. Raga Fadli.

Mereka bertiga bersepakat kegiatan baru yang digelutinya sejak Rabu silam tersebut dimulai dari pukul 06.00 WIB sampai peluh yang telah bercampur luapan sungai pada baju sudah mengering.

"Biasanya dari Jam 6 sampai sore om. Habis itu kami kembalikan sampannya," tambahnya. Kholid yang memiliki badan cukup besar biasanya memilih menjadi nahkoda.

Memberikan aba-aba dengan cara duduk pada bagian haluan sampan. Sedangkan Efendi dan Fadli bertugas sebagai pendorong sampan dengan cara turun hingga kaki menyentuh tanah yang tergenang. Tepat berada di bagian buritan sampan.

Keceriaan mereka bertiga juga tampak pecah saat sang nahkoda malah salah memberikan aba-aba. Akibatnya, sampan terbawa hingga melintasi daerah yang memiliki dataran yang curam. Seperti selokan sampai rawa-rawa.

Akibatnya, Efendi dan Fadli terpaksa harus basah-basahan hingga mengguyur kepala demi menjalankan sampan yang berjalan perlahan tersebut.

Jika sudah seperti itu, biasanya Fadli mengambil aba-aba untuk menjadi nahkodanya. Kemudian bergantian sampai matahari masuk ke perinduan.

"Harapan saya maunya tidak ada banjir lagi. Biar gak susah seperti ini," sebut Idam Kholik yang sudah tidak bersekolah sejak di kelas 2 SD itu.

"Benar. Susah seperti ini. Harus ngungsi. Pantau-pantau rumah juga lagi. Kata Mama biar gak kemalingan. Maunya tidak ada banjir," tutup M. Raga Fadli.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id