Tanpa Anggaran, Begini Perjuangan MPA Tekan Angka Karhutla

Masyarakat-Peduli-APi.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/HASBULLAH TANJUNG)


RIAU ONLINE, PEKANBARU - Berkurangnya angka kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) setiap tahunnya di Riau tidak lepas dari peran berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun dari swasta.

Prestasi tersebut memang pantas rasanya disematkan kepada Masyarakat Peduli Api (MPA) yang merupakan ujung tombak dalam upaya pencegahan dan pemadaman Karhutla.

Bekerja tanpa adanya anggaran memang cukup menyulitkan MPA, namun berkat kesadaran mereka terhadap lingkungan desanya mampu menepis kesulitan tersebut.

Penghulu kampung Dayun, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Riau, Nasya Nugrik mengakui adanya kesulitan menggerakkan MPA tanpa adanya anggaran dari pemerintah.

Terlebih pembetukan MPA di Dayun harus segera dilaksanakan mengingat Dayun sendiri merupakan desa penyumbang terbesar kebakaran dari Siak.

Baca Juga Kejati Riau Akan Ambil Alih Penyidikan Karhutla yang Lamban

"MPA di sini sebenarnya sudah ada sejak 2013, tapi anggotanya tidak ada, ya karena itu tadi tidak ada anggaran untuk kegiatan MPA," akunya saat berbincang dengan RIAUONLINE.CO.ID, Kamis, 23 Agustus 2018.

Nasya yang merupakan Sarjana Ilmu Pemerintahan ini lalu memutar otak agar masyarakatnya mau peduli dengan potensi kebakaran di wilayahnya dan tergerak untuk aktif dalam MPA.

"Akhirnya saya selaku kades turun langsung memadamkan api, awalnya saya di cemeeh, tapi saya tetap berjuang mengimbau masyarakat hingga kesadaran muncul di hati masyarakatnya," ceritanya didampingi Ketua MPA Dayun Dedi Suwandi di acara Kunjungan Jurnalistik KLHK di Riau.

Kesadaran ini dikatakan Nasya, disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari masyarakat yang kehilangan kebunnya, pendidikan anaknya yang terganggu hingga adanya korban ISPA diantara masyarakat.

Sadar bahwa kendala terbesar MPA adalah dari segi anggaran, Nasya berinisiatif untuk menganggarkan anggaran desa sebesar 24 juta pertahun ntuk operasional dalam pencegahan Karhutla ini.

"2014 mulai saya anggarkan dana operasional MPA, mendengar ada kata anggaran, banyak yang berminat gabung sampai 30 anggota, tapi kini hanya tinggal 15 orang, itupun sudah termasuk anggota dari TNI/Polri, dan Manggala Agni," jelasnya.

Klik Juga Ribuan Warga Rokan Hilir Dikepung Kabut Asap Karhutla


Selain itu, Kampung Dayun juga dibantu oleh sejumlah pihak yang berwenang dalam pencegahan Karhutla, seperti Badan Restorasi Gambut (BRG). kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Perusahaan RAPP, Perusahan Eka Wahana dan LSM peduli lingkungan lainnya.

"Kita juga dibimbing oleh KLHK melalui Manggala Agni, kita diajarkan cara memadamkan api," ulasnya.

Salah satu bantuan yang paling bermanfaat sekali diakui Nasya adalah bantuan dari salah satu lembaga dari Amerika Serikat yakni Automatic Weather Station (AWS) pada 2017 lalu.

"Alat ini nyambung langsung ke akun saya, sistemnya online, jadi kita bisa mengetahui curah hujan ,suhu, dan tekanan udara. Ini lebih komplit dari google. Jangkauannya sejauh 20-30 km," tambahnya.

Nasya bersama penegak hukum juga menindak tegas setiap masyarakatnya yang masih melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar lahan.

"Ada yang sudah kita penjarakan, makanya ada efek jera di sini, kalau terbukti bersalah kita giring dia, jadi masyarakat melihat dan berpikir ulang kalau mau membakar," pungkasnya.

Lihat Juga Hingga Juli 2018, Luas Karhutla di Riau Capai 2.000 Hektar Lebih

Masyarakat Kampung Dayun sendiri sebenarnya tidak dilarang untuk membuka lahan dengan cara dibakar tapi harus ada peraturannya.

"Syarat boleh membakar itu tidak lebih dari satu hektar, hanya boleh satu titik, dan harus ada alat pemadam di sana, karena lahan di sini sangat rawan hanya 25-30 persen tanah mineral dari total 123 ribu luas desa," tutupnya.

Keterbatasan akan anggaran tidak hanya dirasakan oleh MPA kampung Dayun saja, MPA Desa Mekar Jaya juga merasakan hal yang sama, namun Desa Mekar Jaya menanggapi kekurangan dana operasional ini dengan cara berbeda.

Adalah Setiono, kepala sekaligus pendiri MPA desa Mekar Jaya, ia mengakui adanya MPA sejak 2013 silam mampu menekan angka Karhutla di desa tanah kelahirannya ini.

Kreativitas pria yang tidak lulus SMP ini patut diacungi jempol, pasalnya ia bersama anggota MPA lainnya melestarikan hutan bakau di desanya yang sudah cukup lama di tebang secara liar.

"2013 masih ada pembalakan bakau disini, dia berangkat karena stok habis, izinnya juga tidak diberi oleh pemerintah, itu yang kami lestarikan disini," katanya.

Pelestarian Hutan Bakau ini, disebutkan Setiono juga berfungsi untuk menunjang dana operasional MPA, sebab Hutan Bakau ini ia rombak menjadi ekowisata yang mampu menambah penghasilan warga desa.

"Kita juga ada uang pembinaan dari korporasi dan ditambah dari penghasilan di wisata hutan bakau ini, itu kita bagi sesuai dengan kerajinan MPA dalam berpatroli, kita juga bayar pajak ke kabupaten, Alhamdulillah ekonomi sedikit meningkat," tuturnya.

Selain membuatkan ekowisata yang mampu mendatangkan wisatawan bahkan dari Australia dan Jepang, Setiono bersama anggotanya juga menambah penghasilan untuk MPA dari budidaya.

"Kita juga ada ternak lele, kepiting, lokan, dan juga madu kelulut," rincinya.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id