Partisan ISIS Pekanbaru Terlibat Jaringan JAD

ILUSTRASI-ISIS.jpg
(CNN INDONESIA/REUTERS)

 

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kepala Kepolisian Daerah Riau, Inspektur Jenderal Polisi Nandang mengatakan bahwa RH, partisan kelompok radikal ISIS yang ditangkap di Kota Pekanbaru akhir pekan lalu merupakan bagian dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

"Sama, satu jaringan JAD juga," katanya di Pekanbaru, Selasa, 3 Juli 2018.

Meski begitu, ia menjelaskan pihaknya masih perlu mendalami keterangan RH, pria berusia 21 tahun tersebut untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan dia dalam jaringan tersebut.

Selain itu, Kapolda juga mengatakan jajarannya yang telah berkoordinasi dengan Detasemen Khusus 88 Anti Teror terus melakukan pengembangan pasca penangkapa RH di salah satu komplek perumahan di Jalan Cipta Karya, Kota Pekanbaru tersebut.

Termasuk diantaranya mengejar YD, rekan RH yang saat ini masih melarikan diri dan telah ditetapkan ke dalam daftar pencarian orang atau DPO.

Baca Juga Terduga Jaringan ISIS Pekanbaru, Sosok Tertutup


"Kita lakukan penyelidikan lebih jauh," tuturnya.

Sementara itu, Polda Riau hari ini merilis telah menangkap sebanyak 18 terduga teroris sepanjang 10 bulan terakhir.

Penangkapan yang dilakukan Densus 88 Antiteror bersama Polda Riau itu terdiri dari satu orang terduga teroris pada Agustus 2017.

Selanjutnya lima orang terduga teroris pada Oktober, Desember, empat pelaku, Mei 2018 sebanyak lima orang dan terakhir satu orang partisan ISIS berinisial RH yang ditangkap akhir pekan lalu.

Lebih jauh, Nandang menegaskan bahwa seluruh pelaku yang diamankan tersebut merupakan jaringan yang sama, yakni JAD.

Namun, dia mengatakan dari 18 orang tersebut, hanya empat pelaku yang terlibat penyerangan ke Mapolda Riau pada medio Mei 2018 lalu. Keempat terduga tersebut ditembak mati di tempat.

Klik Juga Berawal Dari Pembunuhan, Simpatisan ISIS Dibekuk

"Yang nyerang kan tersendiri sendiri," ujarnya.

Dia menegaskan bahwa penangkapan tersebut sebagai bagian dari upaya untuk mencegah para terduga teroris tersebut sebelum melancarkan aksinya, seperti yang terjadi di Mapolda Riau saat itu.

Menurut dia, upaya itu lebih penting dibanding menangkap pasca serangan dilakukan. "Polda Riau bagaimana mereka tidak melakukan sesuatu. Itu yang lebih penting. Daripada mengungkap dalam artian menangkap yang sudah melakukan," jelasnya. (**)