Ingin Tahu Sejarah SMAN 1 Pekanbaru Dirujuk Sebagai Cagar Budaya? Begini Ringkas Ceritanya

Baini-SMAN-1.jpg
(Azhar Saputra)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Wakil kurikulum SMA Negeri 1 Pekanbaru, Baini menceritakan secara singkat bagaimana sejarah bangunan utama sekolahnya dirujuk untuk dijadikan sebagai cagar budaya untuk kawasan di Kota Pekanbaru.

Bangunan bersejarah tersebut awalnya berbentu huruf U bersebelahan dengan gedung baru bertingkat yang nantinya akan dinilai oleh tim ahli cagar budaya.

"Awalnya itu sekolah kami ini didirikan melalui proses belajar mengajar yang panjang. Kami juga pernah menumpang di gedung SMA Seri Rama," katanya di sekolahnya, Rabu, 18 April 2018.

Menurutnya, peristiwa itu terjadi diawal pendirian tepat di tanggal 1 Agustus 1955 dimana saat itu Riau masih bernama Provinsi Sumatera Tengah dengan nama awal SMA B-C.

"Itu semua berdasarkan Surat Keputusan (SK) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat itu yang bernomor 4083/B/III/16 Agustus 1955," terangnya.

SMA negeri pertama di Pekanbaru ini juga diklaim lebih dahulu lahir dari provinsinya sendiri dimana usianya 2 tahun lebih tua yang nanti pada tanggal 1 Agustus 2018 akan berumur ke-63 tahun.


Seiring berjalannya waktu, SMA B-C mendapatkan bantuan pembangunan dari PT Caltex Pasific Oil Coy (sekarang PT Caltex Pasifik Indonesia yang kemudian digantikan oleh PT Chevron) di tahun 1957 pada tanggal 8 Oktober.

"Pada tanggal 31 nya kepala sekolah pertama kami langsung didatangkan dari Medan yang bernama Bapak JPH Hutahuruk yang kemudian beberapa kali sempat dilakukan pergantian," tandasnya.

Tepat di tanggal 1 Oktober 1960 yang dikepalai oleh Abdul Latif sekolah itu berubah nama menjadi SMA Negeri 1 Pekanbaru hingga saat ini.

Selanjutnya berjalanannya waktu SMAN 1 menyempatkan diri untuk mengembangkan diri. Dari mulai menambah jurusan sampai berganti strategi untuk memajukan pendidikan anak didiknya.

"Seperti aktivitas belajar kami sempat dilakukan pagi dan sore hari karena jumlah total siswa yang mencapai 1200 orang dengan 32 kelas. Kemudian berubah lagi dengan tidak mementingkan kuantitas tetapi mengedepankan mutu," katanya mantap.

Itu semua terjadi dari tahun 1993 hingga digantikan oleh kepala sekolah mereka, Hasan Masri pada 30 Desember 1997.

Di mana nilai EBTANAS mereka menduduki peringkat pertama pada tahun ajaran 1998/1999 dengan perolehan NEM tertinggi se-Riau.

"Hingga saat ini pada tahun ajaran 2016/2017, sekolah kami juga dijadikan rujukan nasional untuk tingkat Provinsi Riau," tutupnya.(2)