Wartawan Senior Ini Beberkan Cara Menanggulagi Berita Hoax

Workshop-Etik-dan-Profesionalisme-Jurnalis.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/AZHAR SAPUTRA)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Sebagai jurnalis yang sudah tidak perlu diragukan lagi kiprahnya di Indonesia, Nezar Patria membuka wawasan para wartawan tanah air dalam melihat fenomena yang terjadi dalam perkembangan berita hoax.

Apalagi menjadikan berita bohong (hoax) tersebut sebagai sumber pemberitaan yang nantinya akan disajikan dan akan dikonsumsi kepada masyarakat luas.

"Di tengah fenomena berita palsu atau hoax sebelum ke sana, kita perlu melihat landscapenya. Kita perlu tahu bahwa saat ini ada regulasi tentang kebebasan pers dimana setiap warga negara Indonesia berhak untuk mendirikan media yang jumlahnya setiap tahun terus meningkat," katanya di Grand Suka Hotel, Jumat, 6 April 2018.

Salah satu redaktur dari media nasional, the Jakarta Post ini menambahkan bahwa dengan kondisi itu, ditambah perkembangan dunia digital dan media sosial semakin bertumbuh, seorang wartawan yang seharusnya memiliki jembatan pemisah yaitu kode etiknya malah terlena dan terjerumus dalam gelombang hoax demi menyajikan sebuah pemberitaan yang mampu menaikkan reputasi.

"Apalagi di masa politik saat ini. Media dipakai sebagai sarana politik. Oleh sebab itu sebagai jurnalis critical thinking itu harus dipergunakan," jelasnya.

Pria yang juga masuk dalam struktur organisasi Dewan Pers ini mengatakan berita hoax tersebut ketika ditelurusi begitu memikat, sangat tidak mungkin untuk terjadi sehingga hanya dengan membaca judulnya saja tanpa melihat isinya disebar kemudian dibagi-bagikan. Itu yang membuat kabar bohong itu sangat mudah untuk menyebar.


"Isinya itu jelas nggak ada dan kejadiannya itu sangat tidak mungkin terjadi. Sehingga mudah tersebarnya itu ya karena kebiasaan klick monkey. Nah, para wartawan tanpa mengklarifikasi menjadikannya sebagai sumber berita. Tak perlu saya sebutkan media mana," jelasnya.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, jurnalis senior lainnya yang merupakan salah satu redaktur di Lembaga Kantor Berita Nasional Antara, Budisantoso Budiman mengatakan sebagai seorang wartawan, wawancara dengan narasumber yang berkompeten ditambah dengan riset akan menghindari sebuah pemberitaan hoax akan beredar dan melekat di tubuh seorang jurnalis.

"Yang paling aman itu ialah mendapatkan berita dari sumbernya langsung diperkuat dengan wawancara ditambah riset. Sebenarnya banyak problem etika yang muncul seperti terdesak deadline, dikejar target. Jangan sampai kita sebagai wartawan terjebak dilingkaran kebohongan," tutupnya.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id