RIAU ONLINE, JAKARTA - Ratusan jurnalis dan blogger dari berbagai negara di Asia Tenggara, seperti dari Kamboja, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam dan Indonesia, mengikuti 4M Asia Forum yang diselenggarakan selama dua hari, Sabtu-Minggu, 7-8 April 2018, di Alila Hotel, Jakarta.
Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Jean-Charles Berthonnet, mengatakan, sejak diluncurkan empat tahun silam, program 4M untuk Asia Tenggara telah melatih ratusan jurnalis dan jurnalis warga pada negara-negara di Asia Tenggara.
"Revolusi media sosial dan digital menjadi alasan munculnya Program 4M ini. Kemajuan teknologi tak bisa dihambat," kata Dubes Prancis, Jean-Charles Berthonnet.
Ia menjelaskan, dari 4M Asia ini memunculkan berbagai platform-platform yang terkini. Dubes mengatakan, untuk jurnalis profesional, seperti di Indonesia, memunculkan independen.id, sebuah agregator media lokal yang diinisiasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.
Sementara itu, Director for Asia, CFI, David Hivet, mengatakan, ada beberapa pelatihan dan workshop diselenggarakan oleh CFI untuk Program 4M.
Namun, awal program ini berawal berkumpulnya para jurnalis di Jakarta dari berbagai negara di Asia Tenggara. Mereka membahas kemajuan digital dan media saat ini.
"Dimulai dari 2015, kita bekerjasama dengan AJI, dengan platform independen.id, dengan melibatkan Sabine Torres, seorang jurnalis perempuan asal Prancis. Selain itu, dari program ini juga melatih para jurnalis warga atau komunitas dengan membangun platform kemitraan," jelasnya.
Ia menjelaskan, selain itu, juga dipelajari data journalism, untuk para jurnalis.
David juga mengatakan, Program 4M juga melibatkan para peserta saling bertukar ide apa mereka peroleh dan berbagi dengan sesama mereka.
Kota-kota yang menjadi tempat penyelenggaraan pelatihan tersebut, seperti Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Thailand dan Manila.
"Pertemuan kali ini merupakan yang terakhir dilakukan. Media independen dan kebebasan berekspresi merupakan kunci kemajuan suatu negara," jelasnya.
David juga mewanti-wanti, tantangan ke depan itu adalah Fake News. Ini merupakan bahaya nyata bagi demokrasi dengan memanipulasi informasi serta data.
Di sinilah profesionalisme dan independensi media serta jurnalis dituntut.
"Karena manipulasi data dan informasi merupakan bahaya nyata saat ini di era keterbukaan informasi, bukan lainnya," ujar David.
Sementara itu, Ketua Umum AJI Indonesia, Abdul Manan mengatakan, kebebasan berekspresi selalu menghadapi tantangan dan hambatan.
Tak jarang, ini kemudian memunculkan kekerasan terhadap jurnalis.
"Kami berharap, program-program serupa dengan penguatan para jurnalis, dari sisi skill dan kemampuan mereka, tetap selalu ada," pungkasnya.
Keterangan Foto: KETUA Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Abdul Manan, saat memberikan kata sambutan, Sabtu, 7 April 2018, di Jakarta. Di sebelah Abdul Manan, Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Jean-Charles Berthonnet, dan David Hivet, Director for Asia, CFI, Prancis.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id