Sepenggal Kisah Tuan Guru Sapat di Inhil, Penyebar Agama Islam

Haul-Syekh-Abdurrahman.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

RIAU ONLINE, INDRAGIRI HILIR - Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman beserta masyarakat menghadiri 80 tahun wafatnya Syekh Abdurrahman Siddiq Bin Syekh M Afif Al Banjari.

Lalu, siapa tokoh yang juga dikenal sebagai Tuan Guru Sapat alias Mufti itu?

Ketua Panitia Ali Azhar yang juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Syekh Abdurrahman Sidiq menceritakan sepenggal kisah Syekh Abdurrahman Siddiq Bin Syekh M Afif Al Banjari kepada RIAUONLINE.CO.ID saat masyarakat berbondong-bondong mendatangi Masjid Jami Al Hidayah, Kampung Desa Teluk Dalam Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir.

"Sang mufti (Syekh Abdurrahman Sidiq-red) sebenanrya dilahirkan pada tahun 1857 di sebuah kampung kecil di Martapura, Kalimantan Selatan," jelasnya.

Saat itu kerajaan yang memerintah bernama Kerajaan Banjar di bawah pimpinan Raja Sultan Adam Al-Watsiq Billah. Kemudian, kepemimpinannya berakhir di tahun saat Syekh Abdurrahman dilahirkan.

Syekh Abdurrahman yang merupakan cucu dari Al Arif Billah Maulana Syekh H Muhammad Arsyad itu, ternyata meiliki segudang sejarah yang melegenda.


"Beliau ini merupakan cucu dari seorang Muballigh yang datang dari negara Maghribi menuju Filipina dan mendirikan kerajaan Islam di Mindanao," imbuhnya.

Menurut Ali Azhar, Syekh Abdurrahman Sidiq adalah penerus generasi kelima. "Itu yang saya ketahui walaupun masih ada beberapa silsilah lagi," jelasnya.

Usai sepeninggalan Sultan Adam Al-Watsiq Billah, pemerintahan dilanjutkan oleh Sultan Tahlilullah. Semenjak itu, mulai tampak ciri-ciri kepintaran Syekh Abdurrahman Sidiq sehingga Sultan pun mengirimkan ke Makkah untuk mempelajari ilmu agama Islam.

35 tahun belajar ilmu agama dirinya kembali ke Borneo dan sempat mendirikan sebuah pengajian selama 20 tahun. Sambil mengajar, dirinya menyepatkan menulis kitab-kitab. Salah satu kitabnya yang termasyur adalah Kitab Sabilal Muhtadin yang berisikan fikih ibadah dalam Madzhab Imam Syafi'i.

"Merasa tertantang, dirinya juga menyempatkan diri menjadi pedagang benda-benda berharga seperti emas dan berlian yang ia tekuni selama dua tahun. Tepatnya di tahun 1885 sampai dengan tahun 1887," imbuhnya.

Berkat ketekunannya, Syekh Abdurrahman Sidiq pun pergi berdagang hingga ke pulau Sumatera seperti Padang Panjang, Pulau Bangka Belitung hingga Palembang dan akhirnya menetap di Sapat, Indragiri Hilir tahun 1908.

"Di sanalah semuanya bermula. Syekh menyebarkan agama Islam hingga tutup usia di umur 83 tahun," tandasnya.

Maka, sudah sepantasnya masyarakat domestik hingga mancanegara turut ambil andil dalam memperingati Haul yang ke-80 tahun 2017 bertepatannya 1438 Hijriyah dari Syekh Abdurrahman Siddiq Bin Syekh M Afif Al Banjari.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline