BUKU Pokok-poko Perang Gerilya karya Jenderal Besar Abdul Haris (AH) Nasution, kemudian dijadikan bahan utama bagi tentara Vietnam kalahkan Prancis dan Amerika Serikat dalam perang puluhan tahun.
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)
RIAU ONLINE - Kecemerlangan pejuang Indonesia mengusir tentara Kolonial Belanda selama Perang Kemerdekaan 1945-1949, tak terlepas dari strategi Taktik Perang Gerilya dengan melibatkan rakyat (manunggal).
Ini kemudian dicontoh tentara Vietnam untuk mengusir dua negara imperialisme, Prancis dan Amerika Serikat dari negeri Indo China tersebut selama kurun waktu puluhan tahun, mulai dekade 1950-an hingga 1975.
Taktik Perang Gerilya yang diterapkan oleh Vietnam tersebut, diadopsi dari buku karya Jenderal Besar Abdul Haris (AH) Nasution berjudul Pokok-pokok Gerilya dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa yang Lalu dan yang Akan Datang.
Baca Juga: Selamatkan Tentara Denmark, Amerika Sebut Prajurit Paskhas Ini 'Gila'
Pemimpin Besar Vietnam Utara, Ho Chi Minh, melihat taktik Perang Gerilya bisa diaplikasikan di medan perang sama seperti di Indonesia. Negeri tropis dengan hutan lebat dan perawan, sungai-sungai besar, dengan tumbuhan liar, binatang buas, merupakan kondisi serupa di antara kedua negara ini.
Di Vietnam, dua sungai besar, Sungai Mekong dan Saigon, sangat membantu menerapkan taktik Perang Gerilya tersebut, tiba-tiba menyerang di garis belakang musuh dengan kekuatan kecil, kemudian bersembunyi dan menyerang kembali saat musub lengah.
"Nasution mengembangkan pemikiran tentang perang wilayah sebagai perang rakyat dalam kondisi Indonesia. Ia menulis buku Pokok-pokok Perang Gerilya, kemudian diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing di dunia," kata Rosihan Anwar, wartawan legendaris Indonesia, dalam bukunya Sejarah Kecil Petitie Histoire Indonesia Jilid 6, Sang Pelopor Anak Bangsa dalam Pusaran Sejarah, 2012:294.
Rosihan menjelaskan, buku karya AH Nasution ini kemudian dipelajari dan dikaji di akademi militer luar negeri dan dibaca oleh Jenderal Vietnam, Vo Nguyen Giap. Ini ditulis oleh Nasution berdasarkan pengalaman pribadinya selama gerilya di Pulau Jawa melawan Tentara Belanda.
Klik Juga: Wow! Pasukan Militer Indonesa Pernah Melatih Militer 5 Negara Ini
Di antara sekolah elite militer yang menjadikan buku diterbitkan pertama kali tahun 1953 ini sebagai bahan ajar wajib militer adalah West Point, sekolah militer terbaik dunia di Amerika Serikat.
Buku ini jugalah membantu, membimbing dan mendidik Ho Chi Minh menjadi pengatur strategi perang andal serta mampu membawa Vietnam menang melawan Amerika Serikat dan Prancis.
Peralatan canggih dan mutakhir, ternyata tak mempan mengalahkan taktik Perang Gerilya. Baik di Indonesia, maupun Vietnam, terbukti strategi Perang Gerilya mampu mengalahkan persenjataan modern tersebut dimilik Belanda, Prancis dan Amerika Serikat.
Pemimpin Vietnam Utara, Ho Chi Minh, kelak didaulat sebagai presiden pertama Vietnam percaya, taktik perang gerilya solusinya. Kekuatan taktik ini bertambah hebat di bawah kepemimpinan Jenderal Vo Nguyen Giap.
Di bawah kendali Giap, pasukan Vietnam Utara alias Vietcong mampu menyusup ke garis belakang dan membuat musuh-musuh mereka dibuat kebingungan hingga kocar-kacir.
Lewat taktik ini pula, para prajurit Prancis maupun AS harus waspada selama 24 jam nonstop hingga kurang tidur. Pada umumnya, taktik perang gerilya hanya menggunakan kelompok kecil pasukan serta dilakukan secara berulang.
Lihat Juga: Beratnya Latihan Pasukan Raider TNI AD Bikin Militer AS Kebingungan
Namun, taktik ini sangat membutuhkan dukungan rakyat di sekitar daerah operasi, tanpa itu, maka strategi ini dipastikan akan sia-sia.
Jenderal Besar AH Nasution merupakan penulis produktif. Ia telah banyak menulis buku, di antaranya 11 jilid buku sseputar Perang Kemerdekaan Indonesia. Nasution juga menulis memoar berjudul Memenuhi Panggilan Tugas sebanyak 8 jilid. Jenderal Besar berdarah Batak ini meninggal dunia pada 5 September 2000 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline