Hina Pancasila, Jenderal Gatot Putuskan Kerjasama dengan Militer Australia

Komando-Pasukan-Khusus-Kopassus.jpg
(GETTY IMAGES)

RIAU ONLINE - Indonesia kembali memutuskan hubungan kerja sama militer dengan negara tetangga, Australia, untuk beberapa waktu ke depan. Pemutusan tersebut diduga dipicu pelecehan yang dilakukan oleh militer negeri Kanguru tersebut terhadap ideologi berbangsa dan bernegara, Pancasila. 

Dilansir dari dw.com, pemutusan kerja sama tersebut gara-gara menyusul temuan adanya materi pelajaran melecehkan Pancasila. Berdasarkan laporan Australian Broadcasting Corporation (ABC), insiden bermula ketika pasukan Komando Indonesia, Kopassus, sedang berlatih dengan pasukan komando Australia (Special Air Service), di Pangkalan Militer Campbell Barracks, di Perth.

Seorang instruktur Kopassus merasa ada unsur dipajang di fasilitas tersebut menghina Indonesia, terutama melecehkan TNI dan Pancasila.

Baca Juga: Media Australia Enggan Akui Tentara Indonesia Hebat

Dampaknya, pada 29 Desember 2016, Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memerintahkan penghentian sementara semua bentuk kerja sama militer dengan negara yang suka bikin usil ke Indonesia tersebut. 

Peristiwa penghentian kerja sama militer ini bukan kali pertama saja. Sebelumnya, pada 2013 silam, Indonesia juga sempat memutuskan kerja sama militer dan lainnya dengaj Australia. 

Pemicunya, negara itu memata-matai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berserta keluarga dan menteri kabinetnya dengan cara menyadap telepon seluler mereka. 

"Ada alasan teknis yang masih harus dibahas," kata jurubicara Tentara Nasional Indonesia, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Wuryanto, Rabu, 4 Januari 2017. 


Namun begitu, Wuryanto memastikan kerja sama kedua negara "akan dilanjutkan," jika perkara tersebut dituntaskan. Menurut media-media Australia, materi pelajaran tersebut ditemukan di pangkalan militer, Campbell Barracks di dekat Perth.

Sejauh ini kantor Perdana Menteri Julie Bishop, Kementerian Pertahanan dan pengelola barak menolak memberikan komentar. Australia pernah menghentikan kerjasama militer dengan Kopassus menyusul dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) selama operasi Seroja di Timor Leste, 1999.

Klik Juga: Kagetnya Bule Australia Lihat Gembong PKI Kebal Peluru Saat Eksekusi Mati

Sejak peristiwa bom Bali 2002, kedua negara mulai menjalin kerjasama di bidang anti-terorisme. Baru pada September tahun lalu Indonesia dan Australia kembali menggelar latihan militer bersama di utara Darwin.

Tahun 2013 silam, Indonesia sempat membatalkan kerjasama militer dengan Australia menyusul dugaan aktivitas spionase terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada November 2016 silam, Presiden Joko Widodo berencana melawat ke Canberra buat mempererat kerjasama di bidang maritim, ekonomi dan militer. Namun rencana tersebut dibatalkan menyusul situasi politik di Jakarta.

Mayjen Wuryanto enggan menjelaskan secara rinci mengenai laporan itu. Namun, dia tidak membantah insiden tersebut merupakan hal yang menyebabkan penundaan kerja sama militer kedua negara. 

"Mungkin salah satunya seperti itu, tapi banyak hal-hal terkait yang harus disempurnakan untuk diperbaiki," ujarnya.

Lihat Juga: Australia Sogok Kapten Kapal Untuk Bawa Imigran Gelap Ke Indonesia

Ia menjelaskan, penundaan berlaku pada pertengahan Desember 2016 itu mencakup kerja sama di segala aspek, termasuk kerja sama teknis serta pelatihan militer antara kedua negara.

Belum diketahui sampai kapan pembekuan kerja sama ini akan dilakukan. "Belum (pasti sampai kapan), mudah-mudahan secepatnya. Koordinasi terus dilaksanakan antara TNI dan Angkatan Bersenjata Australia, tetap ada pembicaraan, ada komunikasi."

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline