Abdullah, Si Tukang Becak Buta Huruf Jadi Mayor TNI yang Dicintai Prajurit

RIAU ONLINE - Abdullah, seorang tukang becak buta huruf yang bisa mencapai pangkat Mayor TNI. Kerja keras, kejujuran, keberanian dan henti untuk terus belajar menjadi kunci kesuksesan sang Mayor.

"Karena kepemimpinan, kecakapan dan kejujuran yang baik, dia sangat dicintai oleh para anak buahnya," tulis Soe Hok Gie dalam buku Kisah Operasi Penumpasan RMS, dilansir dari Instagram Seputarmiliter19.

Abdullah mulai belajar membaca dan menulis, lalu mempelajari bahasa Belanda dan Inggris hingga mahir. Berbagai buku-buku kemiliteran seakan menjadi buku wajib baginya sampai ia mahir. Abdullah berkarir di TNI sampai mengantarnya ke pangkat Mayor dan menjadi Komandan Batalyon.

Sayangnya, pengabdian Mayor Abdullah pada bangsa dan negara tak berlangsung lama. 9 September 1950, Mayor Abdullah ikut menumpas pasukan Republik Maluku Selatan (RMS) di Kota Lafa. Ketika itu, satu peletepn Pasukan eks pasukan baret hijau Korps Speciale Troepen menghadang dua peleton TNI.

Pasukan eks pasukan baret hijau Korps Speciale Troepen adalah mantan pasukan komando Belanda yang terkenal dengan kemampuan antigerilya dan menembak jitu.

Peleton pertama TNI menyerang dengan perahu motor. Mereka mendarat hanya 6 meter dari posisi pasukan musuh. Di tengah hujan peluru, pasukan terus menerjang maju. Pertempuran berlangsung sengit, namun akhirnya pasukan TNI berhasil membungkam sarang senapan mesin musuh. Di tempat inilah Mayor Abdullah gugur tertembak.

Jenazahnya dimakamkan di Pulau Geser. Usaha TNI untuk memindahkan makam Mayor Abdullah ke kampung halaman tak pernah terlaksana. Sebabnya masyarakat Pulau Geser menganggap Mayor Abdullah sebagai pahlawan pembebas mereka dari pasukan RMS yang semena-mena. Sebab itu, warga ingin mengenang Abdullah di dekat mereka.

"Bagi seorang patriot Indonesia, seluruh tanah air adalah kampung halamannya," tulis Soe Hok Gie menutup kisah ini.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline