RIAU ONLINE - Alex Kawilarang, memiliki peran penting dalam penyusukan organisasi TNI di awal kemerdekaan RI. Termasuk membangun pasukan elite yang kelak dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Saat rezim Belanda, Kawilarang mengikuti pendidikan perwira Koninklijk Militaire Academie (KMA) di Bandung. Sebenarnya KMA Bandung merupakan sekolah perwira darurat karena saat itu Belanda telah dikuasai Jerman dalam perang dunia II. KMA Breda di Belanda pun tutup.
Tak lama kemudian, Kawilarang menjadi perwira Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL), atau Tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Namun pada 1942, KNIL dibubarkan karena Jepang keburu masuk Indonesia. Meski demikian, Kawilarang tercatat sebagai satu dari sedikit orang Indonesia yang bisa menjadi perwira KNIL.
Pasca kemerdekan RI pada 1945, Kawilarang bergabung dengan TNI. Awalnya Kawilarang hanya seorang perwira penghubung dengan pasukan Inggris. Belakangan karirnya terus merangkak naik hingga dipercaya untuk memimpin ekspedisi TNI menumpas berbagai pemberontakan di hari-hari awal republik.
Baca Juga: Jalan Berdarah Soeharto Menuju Istana Negara
Pengalamannya menumpas berbagai pemberontakan mulai dari Operasi Penumpasan Pemberontakan Andi Azis di Makassar, pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), dan Pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, membuat Kawilarang berpikir bahwa Indonesia membutuhkan pasukan kecil dengan kemampuan tempur hebat.
Kawilarang yang sudah terlibat dalam berbagai operasi sangat mengagumi kemampuan musuhnya, seperti pasukan baret merah dan hijau Belanda dari Korps Speciale Troepen. Pemikirannya untuk membentuk sebuah pasukan elite mulai didiskusikan dengan Letkol Slamet Riyadi.
Kawilarang kemudian diangkat menjadi Panglima Komando Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur (TTIT) di Makassar pada 1951-1956.
Kala itu, Kawilarang melapor kepada Presiden Soekarno bahwa kondisi Makassar sudah aman. Namun, Soekarno malah menyodorkan radiogram yang memberitakan bahwa Makassar diserang pasukan KNIL.
Ia kemudian mencari Komandan Brigade Mataram Letkol Soeharto yang bertugas menjaga Kota Makassar. Ternyata Brigade Mataram, pasukan yang seharusnya mempertahankan kota Makassar telah melarikan diri ke lapangan udara Mandai.
Klik Juga: Inilah Pasukan Batalyon Salo 132/BS Yang Disegani GAM
Kawilarang marah besar dan segera kembali ke Makassar. Setibanya di lapangan udara ia langsung memarahi Komandan Brigade Mataram, Letkol Soeharto hingga menempelengnya.
"Lelucon apa ini," kata Kawilarang pada Soeharto. "Plak!" Soeharto pun ditampar, seperti dilansir dari Indonesia Military.com
Pada April 1951, Kawilarang merintis pembentukan Kesatuan Komando Territorium III (Kesko TT-III) Siliwang. Saat itu ia menjabat sebagai Panglima TT III/Siliwangi. Inilah pasukan yang kelak menjadi Kopassus.
Walau merintis pasukan elite tersebut, baru tahun 1999 Kawilarang diterima menjadi warga kehormatan Kopassus. Hal ini baru bisa dilakukan setelah Soeharto lengser.
Memasuki Orde Baru, hubungan Kawilarang dan Soeharto tidak menunjukkan tanda-tanda harmonis. Rupanya, tamparan Kawilarang masih berbekas diingatan Soeharto.
Lihat Juga: Teror Siluman TNI Dan Hadiah Tahun Baru Menyakitkan Untuk Belanda
Kawilarang pernah dianggap bersalah telah menyeberang ke pihak PRRI/Permesta yang saat itu memberontak pada pemerintah Jakarta. Tapi Soekarno kemudian mengeluarkan abolisi walau memberikan sanksi pangkat Brigjen Kawilarang diturunkan menjadi Kolonel.
Kawilarang kemudian memilih mengundurkan diri dari TNI. Padahal bersama Nasution, Kawilarang banyak memberikan saran dalam membangun TNI.
Kemudian, Kawilarang hidup sebagai pengusaha dan meninggal pada 6 Juni 2000 dalam usia 80 tahun. Bapak Kopassus ini dimakamkan di taman makam pahlawan Cikutra, Bandung.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline