Mantan Analis CIA Ini Beberkan Kesalahan AS kepada Saddam Hussein

Saddam-Hussein.jpg
(CNN.COM)

RIAU ONLINE - Seorang mantan analis senior CIA, John Nixon (55) mengungkap kesalahan Amerika Serikat terhadap Saddam Hussein melalui buku yang memuat hasil wawancaranya. John Nixon adalah orang pertama yang menginterogasi Saddam Hussein setelah penangkapannya pada Desember 2003.

 

Pada 2003, Nixon yang menjadi bagian dari upaya penangkapan Saddam Hussein. Sebelum memenjarakan Saddam Hussein, ia mengaku telah berkali-kali mendengar rekan-rekan mililternya dan pemerintahan Bush mengatakan jika Saddam Hussein ditangkap maka pemberontakan Irak dapat dihentikan.

 

Menurutnya, pemerintahan Bush telah mengisyaratkan bahwa Saddam merupakan sosok yang mengontrol pemberontakan kaum Sunni. Inilah yang mendasari keputusan pemerintahan Bush untuk memulai operasi kemerdekaan Irak pada Maret 2003 dan menghapus Saddam dari kekuatan demokrasi dan memberikan kebebasan di Timur Tengah pasca insiden 911.

 

Dalam buku berjudul “Debriefing the President: The Interrogation of Saddam Hussein” itu Nixon mengungkap ketika Saddam diinterogasi olehnya, Saddam berkata "Anda akan gagal. Anda akan menemukan bahwa tidak begitu mudah untuk mengatur Irak."

 

Nixon ingin tahu mengapa ia berpikir seperti, kemudian Saddam kembali menjawab "Anda akan gagal di Irak karena Anda tidak tahu bahasa, sejarah, dan Anda tidak mengerti pikiran Arab."

Baca Juga: ISIS Tawarkan 1 Juta Dolar AS Bagi yang Bisa Bunuh Gadis Ini

 

Kini, setelah beberapa dekake Saddam dieksekusi, bendera hitam ISIS masih terbentang di penjuru Irak. Nixon bertanya-tanya, apa yang terjadi jika Saddam tidak dieksusi dan diberikan hukuman seumur hidup? Menurutnya, jika Saddam tetap berkuasa ia mungkin akan bertanggung jawab atas segala yang terjadi di Irak hari ini, menyiapkan seorang anaknya sebagai penerus.


 

Nixon mengatakan, kekejaman dalam gaya kepemimpinan Saddam adalah satu diantara kesalahan yang terjadi di masa rezimnya. "Tapi, dia bisa kejam menentukan ketika ia merasa dasar kekuasaan terancam," katanya.

 

Menurut Nixon, mustahil kelompok ektremis seperti ISIS bisa menikmati sukses di bawah rezim represif yang mereka miliki di bawah kepemimpinan Syiah Bagdad. Sebab, Saddam meyakini bahwa kelompok ektremis Islam di Irak merupakan ancaman terbesar bagi pemerintahannya dan aparat keamanan akan bekerja dengan tekun untuk membasmi ancaman tersebut.

 

"Ia (Saddam) pernah berkata kepada saya, 'sebelum saya, hanya ada pertengkaran dan adu. Saya mengakhiri semua itu dan orang-orang setuju'," kata Nixon, dikutip dari Time.com, Rabu, 21 Desember 2016.

 

Menurutnya, Saddam telah digunakan sebagai alat dalam repertoar untuk mempertahankan negara multi etnis Irak, dengan menyertakan pembunuhan, pemerasan pemenjaraan dan ancaman.

 

Sebelumnya, pada Desember 1992, Presiden AS Bill Clinton diwawancarai oleh New York Times tentang maksud yang dilakukan AS terhadap Saddam dan Irak. Saat itu, Clinton menjawab santai, "Jika dia ingin hubungan yang berbeda dengan Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-bangsa, semua yag harus ia lakukan adalah mengubah perilakunya."

 

Selanjutnya, kata Nixon, Clinton tidak pernah kembali ke niatnya, justru menyerang militer Irak pada 1993 dan 1998. Clinton juga menyegel Saddam atas kematian Waran saat ia menandatangi Undang-Undang pembebasan irak pada 1998, yang membuat rezim Irak berubah dengan kebijakan pemerintah AS

 

"Apa mungkin terjadi jika Clinton terjebak pada niat awalnya dan mencoba untuk membentuk hubungan baru dengan Irak?" tulisnya.

 

Nixon menjelaskan, presiden baru AS memiliki kesempatan untuk memagang peran yang sangat besar itu dalam membentuk sebuah tatanan baru di Timur Tengah. Menurutnya, hal itu akan membutuhkan keputusan yang sulit dan pada akhirnya, AS mungkin harus berhadapan dengan orang-orang dan pemimpin yang membenci AS. Namun, kata Nixon itu harus dihadapi jika AS ingin membantu membawa stabilitas kembali ke wilayah itu dan membatasi cakupan jangkauan terorisme.

 

"Presiden terpilih AS, Donald Trump telah menunjukkan dengan kemangan pemilihan bahwa ia adalah orang yang bisa dipercaya. Mungkin pemerintahannya dapat menggunakan cara ini dengan keterampilan negosisi dan mengakhiri keterlibatan kami (AS) dalam perang selamanya," tutup Nixon

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline