RIAU ONLINE - Pada 1960, Fidel Castro menyambut Soekarno di bandara Havana, Kuba. Kal itu, Castro Pemimpin Kuba. Sambutan hangat Castro membuat warga setempat ikut menyongsong kedatangan Soekarno dengan meriah.
Warga berdiri di tepi-tepi jalan, melambaikan tangan dan poster untuk presiden pertama Indonesia itu. Bagi mereka, Sahabat sang presiden adalah tamu kehormatan.
Castro yang baru menhembuskan nafas terakhir pada Sabtu, 26 November 2016 itu memang dekat dengan Soekarno. Bukan karena sama-sama suka mengisap cerutu saja, keduanya punya pemikiran yang sama-sama revolusioner. Keduanya ingin memajukan negara, mensejahterakan rakyat dan 'membenci' negara-negara pelaku kapitalis.
Baca Juga: Mantan Presiden Kuba Fidel Castro Tutup Usia
Saat di Kuba Soekarno bertukar pikiran bersama Castro, tentang konsep Marhaenisme yang dipegangnya. Ia juga berbagi saran cara membuat negara mandiri. Sebab itu, banyak yang menyebut Soekarno sebagai 'guru' Castro.
Dilansir dari CNN Indonesia, dalam buku Sewindu Dekat Bung Karno yang ditulis mantan ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko, terlihat jelas bagaimana Soekarno dan Castro sangat dekat.
Fidel Castro menerima Keris dari Bung Karno (Presiden Soerkarno.com)
Soekarno pernah menghadiahkan Castro sebuah keris asal Indonesia. Castro masih menyimpannya bersama kopiah bekas pakai Soekarno.
Bagi Soekarno, mengunjungi Kuba lebih menyenangkan ketimbang kunjungannya ke Amerika kala itu. Di negeri sahabatnya itu, ia disambut dengan suka cita. Sedangkan di Gedung Putih ia dibiarkan menunggu selama tiga jam.
Klik Juga: Peci Bung Karno, Lambang Penyatuan Islam dan Negara
Masa itu, Kuba tengan ribut-ribut revolusi, seperti halnya Indonesia beberapa tahun sebelumnya. Dan Bung Karno adalah pemimpin revolusi itu.
Bahkan puluhan tahun kemudian, Soekarno masih menjadi sosok yang sangat dihormati di Kuba. Saat Castro merayakan ulang tahun ke-80 tepatnya 10 tahun yang lalu, Kuba menerbitkan perangko edisi khusus dengan gambar Soerkarno dan Castro. Perangko itu dicetak dalam jumlah terbatas dan eksklusif.
Setelah 46 tahun kemudian, kini Castro menyusul sahabatnya. Dua pemimpin revolusi yang pernah begitu karib itu meninggalkan duka mendalam pada para pemuja pemikiran mereka.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline