Misteri Tragedi Pembantaian Takokak yang Terlupakan

71-Nisan-putih-tanpa-nama.jpg
(INSTAGRAM MATAPADI)

RIAU ONLINE - Pasca Jepang mengaku kalah, Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaan pada 1945. Meski demikian, sejarah mencatat Belanda masih melakukan pembantaian keji di Tanah Air.

 

Dengan bantuan tentara sekutu seperti Inggris, Belanda kembali untuk negeri yang sudah ratusan tahun mereka keruk sumber dayanya.

 

Belanda melakukan beberapa pembantaian yang dikutuk dunia internasional. Pembantaian pertama dilakukan oleh Westerling di Sulawesi Selatan pada 1946. Westerling banyak menerima protes dari banyak pihak di Belanda. Selanjutnya, terjadi di kawasan Paniwen, Malang yang menewaskan beberapa anggota PMR dan memicu banyak protes di Eropa.

 

Pembantaian keji dan menyeramkan terjadi di daerah Takokak, Jawa Barat. Kala itu, puluhan kaum republiken dibantai dengan keji dan mayatnya dibuang begitu saja ke jurang. Mereka diburu dicekal, hingga dibunuh dengan tembakan membabi buta.

Baca Juga: Misteri 71 Nisan Tanpa Nama, Korban Kebrutalan Tentara Belanda

 

Usai Jepang hengkang dari Indonesia, militer Indonesia mengambil alih peralatan perang yang digunakan Jepang. Persenjataan hasil jarahan tersebut digunakan untuk membela diiri saat Belanda kembali menginjak Tanah Air.

 


Senjata yang dimiliki militer Indonesia membuat Belanda dan sekutu kalang kabut. Pasalnya sebelum Belanda kalah dari Jepang, kekuatan persenjataan Indonesia tidak pernah sehebat itu.

 

Situasi semakin membuat Belanda terpojok hingga akhirnya meminta perundingan di atas kapal perang Amerika. Perjanjian itu dikenal sebagai Perjanjian Renville. Belanda hanya mengakui wilayah Indonesia di kawasan Jawa Bagian Tengah, Banten dan Sumatera. Perjanjian ini membuat TNI harus menarik kekuatannya dari Jawa Barat dan Jawa Timur.

 

Perundingan yang merugikan Indonesia itu tidak serta merta disetujui. Jenderal Sudirman yang kala itu menjadi pemimpin TNI mengupayakan menempatkan kekuatan di kawasan Jawa Barat dengan berbagai cara. Akhirnya, beberapa pasukan menyamar menjadi pasukan liar yang terpisah dengan kaum republiken yang menginginkan Indonesia merdeka secara utuh.

Klik Juga: Sesuai Adat, Makam Tan Malaka Akan Dipindahkan ke Tanah Minang

 

Penyamaran pasukan Indonesia sebenarnya diketahui militer Belanda. Pasukan republiken yang menyamar kerap menyerang pos militer di daerah kekuasan Belanda. Hal ini membuat Belanda berang dan memburu kaum republiken yang disinyalir sering membuat keributan dan menyerang militer Belanda secara diam-diam.

 

Bahkan, penduduk di kawasan Jawa Barat khususnya Cianjur beranggapan, jika militer Belanda membawa seseorang ke Takokak, maka dia tidak akan pernah kembali. Kawasan Takokak sudah dikenal sebagai kawasan pembunuhan. Sayangnya, tidak ada yang berani mengungkap kala itu karena khawatir nyawa mereka bisa melayang dengan cepat.

 

Dilansir dari BOOMBASTIS.COM, menurut beberapa saksi, tentara Belanda kerap melakukan tindakan di luar dugaan. Kaum republiken yang ditangkap langsung dieksekusi dengan keji, kemudian mayatnya dibuang begitu saja di jurang yang tidak jauh dari Takokak dan kebun teh. Eksekusi juga kerap dilakukan di beberapa tempat, seperti Ciwangi, Gamblok, Cikawung, dan Pasirtulang.

Lihat Juga: Indonesia Diprotes, Kapal Perang Belanda dan Inggris Hilang di Laut Jawa

 

Hingga Indonesia merdeka secara de jure pasca Konfrensi Meja Bundar, dalang pembantaian Takokak 1948 masih menjadi misteri. Siapa saja yang menembakkan pistol dari mulut hingga tengkuk para korban berlubang, siapa yang membabi buta menembak hingga korban penuh lubang, tidak diketahui. Namun, disinyalir aksi tersebut dilakukan oelh pasukan elit di bawah kendali Westerling.

 

Peristiwa berdarah yang dilakukan Belanda itu bahkan nyaris tidak diketahui banyak orang. Jika saja ada saksi mata yang bersedia membeberkan peristiwa keji tersebut, tentu puluhan nisan putih yang berjejer tanpa nama itu tidak hanya menjadi misteri.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline