Inilah Alasan IPW Samakan Jokowi dengan Soeharto Soal Aksi Damai 411

2-pemuda-yang-diduga-provokator.jpg
(FACEBOOK FANPAGE AA GYM/TARBIYAH.NET)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Indonesia Police Watch (IPW) mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak memakai gaya-gaya lama yang kerap dipakai oleh Pemerintahan Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto. 

 

Gaya lama yang dituding oleh IPW tersebut antara lain, suka dengan main tuding tanpa bukti ada provokator di balik aksi demo amai 411, Jumat, 4 November 2016 silam.

 

"Jika pemerintah Jokowi memang sudah punya data, tangkap serta proses secara hukum provokator tersebut. Jangan sekadar menyebar isu untuk mengalihkan persoalan sesungguhnya bertujuan melindungi Ahok sudah dilaporkan ke Mabes Polri sebagai penista agama," kata Presidium IPW, Neta S Pane, kepada RIAUONLINE.CO.ID, Senin, 7 November 2016. 

 

Baca Juga: Unggah Foto Dua Pemuda, Aa Gym: Inikah Provokator Kericuhan Semalam?

 

Neta menjelaskan, ada dua kesalahan fatal dilakukan Jokowi. Pertama, tuturnya, tidak mau menerima perwakilan demonstran. Padahal selama ini Jokowi doyan blusukan menemui rakyat.

 

"Kedua, begitu tiba di Istana tengah malam, Jokowi ujug-ujug melontarkan isu adanya provokator di balik aksi demo 411. Padahal aksi demo 411 cukup damai," kata Neta. 

 


Jika terjadi benturan adalah sangat wajar, mengingat jumlah massa yang hadir hampir sejuta orang. Tentu tak mudah mengendalikannya. Sebab itu, IPW memberi apresiasi pada TNI dan Polri cukup sabar mengamankan para demontran.

 

Dari pantauan IPW di lapangan, tutur Neta, benturan terjadi saat massa mahasiswa hendak membubarkan diri. Setelah dari Jalan Majapahit, massa bergerak menuju Jalan Thamrin melalui jalan Merdeka Barat. Sementara di jalanan masih banyak massa bertahan menunggu Jokowi.

 

Desak-desakan terjadi. Muncul ketegangan dengan polisi. Sejumlah massa ormas keagamaan langsung masuk ketengah hendak memisahkan ketegangan antara polisi dan mahasiswa. Tapi situasi kian panas. Pukul-pukulan terjadi. Polisi menggunakan tameng dan mahasiswa menggunakan tiang bendera.

 

"Saat itulah beberapa massa membakar sampah dan tembakan gas air mata pun dilontarkan polisi untuk membubarkan massa. Saat mendengar kericuhan terjadi di depan Istana, demonstran yang hendak pulang dan sudah tiba di Penjaringan langsung mengamuk. Mereka melempari polisi dan dihalau dengan gas air mata," jelas Neta. 

 

Sikap spontan ini merupakan hal wajar, apalagi begitu banyak jumlah massa. Terbukti amuk massa cepat mereda. Jika ada provokator bermain, sejak Jumat siang tentu sudah terjadi benturan hebat, mengingat banyaknya massa.

 

Klik Juga: Wakil Ketua Komisi VII DPR RI: Dugaan Jokowi Lindungi Ahok Semakin Kuat

 

Jadi tudingan adanya provokator yang dilontarkan Jokowi sangat tidak mendasar. "Tudingan itu hanya ingin merusak cara-cara damai yang sudah ditunjukkan para ustad, habib, dan ulama memimpin aksi itu. Tudingan ini hanya ingin mengalihkan kasus Ahok akan diperiksa Senin ini," jelas Neta.

 

IPW menyayangkan kenapa Presiden terpedaya dengan isu murahan disampaikan para pembisiknya, belum tentu ada di lapangan. Jika memang ada provokatornya, Jokowi jangan hanya main lempar isu seperti Orba, tapi langsung tangkap dan proses secara hukum.

 

IPW memberi apresiasi pada kerja keras pada ustad, habib, dan ulama yang sudah mengawal aksi damai 411. Kalaupun terjadi benturan kecil di akhir demo adalah hal wajar. IPW juga merasa salut pada sikap sabar sudah ditampilkan TNI Polri dalam menjaga aksi demo.

 

"Melihat semua kerja keras ini, IPW berharap Presiden Jokowi jangan meniru niru gaya Orba yang bermain main dengan isu provokator, yang bisa membuat anti pati masyarakat maupun aparatur keamanan," pungkasnya. 

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline