Laporan: Azhar Saputra
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Sumur Bor yang digadang-gadang oleh Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Fuad sebagai alternatif pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) ternyata tidak dapat digunakan di lokasi karhutla yang berada di Kampung Medan, Kecamatan Bangko, Kepenghuluan Labuhan Tangga Besar, Rokan Hilir.
Pasalnya menurut petugas Masyarakat Peduli Api (MPA) Herman di daerah tersebut sulit untuk mendapatkan air dan butuh kedalaman 200 hingga 300 meter untuk bisa menemukan mata air bersih.
"Karena disini memang air itu susah. Paling tidak dengan kedalaman 200-300 meter baru bisa menemukan mata air yang layak, bukan lumpur," ucapnya dilokasi karhutla, Minggu, 4 September 2016.
Bukan hanya itu saja, harga pembuatan untuk satu unit sumur bor sangatlah mahal jika dibandingkan dengan pembuatan embung-embung air. "Tidak mungkin juga Pak kalau membuat sumur bor di sini. Harganya itu bisa sampai Rp 100 jutaan, dari mana datang uang untuk satu sumur bor," kesalnya.
Sementara itu Kepala BRG Nazir Fuad menanggapi kondisi daerah tersebut dan akan mengkaji ulang masalah tersebut. "Kalau keadaannya seperti ini, untuk pendistribusian airnya akan kita kaji seperti apa untuk kedepannya," tutupnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline