Industri Film Dewasa di Jepang Paksa Perempuan Ini Bintangi 100 Film

Jenna-Jameson.jpg
(Internet)

RIAU ONLINE- Tiga pencari bakat untuk mencari perempuan akan dijadikan artis film dewasa di Jepang, memaksakan seorang wanita untuk tampil pada lebih 100 film dalam beberapa tahun terakhir. 

 

Intellectual Property Promotion Association (IPPA) Jepang, mewakili industri film tersebut menyatakan, akan "mendorong produsen untuk mengambil tindakan, untuk segera memperbaiki situasi dan memulihkan kondisi dari seluruh industri sektor tersebut".

 

"Asosiasi ini sangat menyesalkan karena telah gagal mengambil inisiatif (untuk menangani masalah sebelumnya). Kami sangat menyesal," ujar mereka dilansir dari dw.com

 

Bulan Juni ini, polisi menangkap tiga orang, termasuk seorang eksekutif berusia 49 tahun pada suatu lembaga yang bermarkas di Tokyo Marks, Jepang. Tuduhannya, dugaan melanggar undang-undang perburuhan negara.

 


Agen pencari bakat menekan korban untuk tampil di film seronok tersebut dengan ancaman peringatan, bersangkutan harus membayar denda untuk pelanggaran kontrak, jika menolak, demikian media lokal melaporkan. Perempuan tidak disebutkan namanya pikir dia akan bekerja sebagai model.

 

Film dewasa tersebar luas di Jepang, tapi sisi gelap dari industri ini jarang dibicarakan secara terbuka dan hak-hak mereka yang bekerja di dalamnya tidak diperhatikan.

 

Koalisi kampanye dan kalangan hukum telah mendesak pihak berwenang menindak pelaku aksi penganiayaan seksual. Aktivis menunjuk jenis pelanggaran tersebut termasuk pemaksaan atau penipuan penandatanganan kontrak. Bahkan terkadang anak-anak di bawah umur menjadi korban.

 

Beberapa aktris mengatakan mereka dipaksa melakukan adegan tak patut dan senonoh itu berulang kali tanpa menggunakan alat perlindungan, bahkan 'dikeroyok' beramai-ramai selama pembuatan film berlangsung.

 

Shihoko Fujiwara, seorang aktivis Lighthouse, organisasi non-profit yang membantu para korban perdagangan manusia mengatakan: "Pemerintah harus mengambil tindakan."

 

Human Rights Now, sebuah kelompok kampanye yang berbasis di Tokyo, mengatakan jumlah perempuan yang mencari konseling atas pelanggaran industri ini melonjak lebih dari 80 persen pada tahun lalu.

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline