8 ABK China Ditangkap TNI AL di Natuna, China Protes

Kapal-China-Qiandaohu.jpg
(REUTERS)

 

RIAU ONLINE - Angkatan Laut Indonesia (TNI AL) menangkap sebanyak delapan anak buak kapal (ABK) asal China di perairan Natuna, Kepulauan Riau (Kepri) pada Jumat (27/5/2016).

 

Menurut Pangkalan AL di Ranai, Kepri, Kolonel Laut (P) Arif Badrudin, kedelapan ABK tersebut ditahan usai kapal Gui Bei Yu 27088 yang meraka tumpangi berupaya melarikan diri dari kejaran kapal frigrat KRI Oswald Siahaan 354.

 

Dilansir dari BBC Indonesia, diduga delapan warga China itu melakukan penangkapan ikan secara ilegal di perairan Natuna.

 

Kolonel Arif mengatakan delapan ABK itu ditahan beserta kapal Gui Bei Yu 27088 yang mereka tumpangi setelah sempat dibayangi kapal China. Namun, kapal China tersebut tidak melakukan intervensi. “Mereka menghormati kita,” katanya.



 

Hingga kini, kedelapan ABK asal China itu tengah menjalani proses hukum di Pangkalan AL di Ranai, Kepri.

 

Sementara itu, pihak China bersikeras bahwa kapal tersebut beroperasi dan menangkap ikan secara lagal. “Nelayan China itu melakukan operasi penangkapan ikan secara normal di perairan yang relevan,” ungkap Juru bicara kementerian luar negeri China, Hua Chunying, seperti diberitakan VOA, Senin (31/5/2015).

 

Hua Chunying mengatakan pihaknya telah menyatakan sikap teguh kepada Indonesia mengenai hal ini.

 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir mengaku belum mengetahui sikap China. Namun menurutnya, Kemlu RI akan segera menginformasikan Kedutaan Besar China di Jakarta tentang penangkapan delapan ABK di Natuna oleh TNI AL.

 

“Sejak ada informasi kapal Cina ditahan karena yang bersangkutan melakukan pelanggaran di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif—red) karena dugaan illegal fishing, sudah kewajiban Kementerian Luar Negeri untuk mengeluarkan notifikasi kekonsuleran kepada Kedutaan Besar Cina di sini. Kita akan keluarkan setelah mendapat informasi lengkap dari TNI AL,” kata Arrmanatha.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline 

 

Sumber: BBC Indonesia| VOA Indonesia